Mohon tunggu...
amrullah ali moebin
amrullah ali moebin Mohon Tunggu... -

semua proses hidup dinikmati dengan perjuangan,.,.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Toples Lebaran

19 Juli 2016   16:20 Diperbarui: 20 Juli 2016   10:34 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: m.solopos.com

Dalam tata kehidupan pemerintahan. Toples bisa digunakan sebagai kiasan. Daerah yang hanya sibuk mempercantik wadahnya tanpa memperhatikan isinya akan menjadikan daerah itu suwung. Mengapa saya katakan suwung? Ini bukan tanpa alasan. Sebab, bila hanya mengandalkan tampilan luar tanpa memperbaiki kualitas manusia didalamnya, pemerintahan akan diragukan kualitasnya.

Rengginang

Setelah membahas toples. Mari kita lebih kedalam. Soal rengginang. Masing-masing daerah punya penyebutan berbeda. Tapi, untuk menasionalisasi jajanan ini saya menyebutnya rengginang. Bagi yang belum tahu apa rengginang itu. Akan saya gambarkan. Pada istilah kuliner rengginang dikategorikan sebagai kerupuk. Namun berbeda dengan kerupuk lainnya. Rengginang lebih tebal.

Jajanan ini terbuat dari nasi atau beras ketan yang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas matahari. Usai di jemur bakal rengginang digoreng dalam minyak goreng dalam jumlah yang banyak.

Jadi berbeda dengan krupuk pada umumnya. Sebab, krupuk terbuat dari adonan. Rengginang tidak dihancurkan sehingga bentuk butiran nasi atau ketannya masih tampak.

Ada versi lain, sebagian orang menyebutkan rengginang dibuat dari nasi sisa yang tak termakan, lalu dijemur dan dikeringkan untuk kemudian digoreng dan dijadikan rengginang. Biasanya orang menyebut intip, yakni kerak nasi sisa menanak yang melekat pada dandang yang kemudian dikeringkan dan digoreng. Perbedaan antara intip dan rengginang hanyalah ukurannya. Intip berukuran lebih besar daripada rengginang karena dicetak dari dandang atau periuk penanak nasi.

Pembaca bisa lihat bentuk rengginang. Butiran beras ketan itu saling berdekatan. Erat sekali. Bila terpisah, rasanya ambyar. Saya menyebutnya, rengginang memiliki sifat persatuan yang baik. Setidaknya, persatuan rengginang ini bisa menjadi pelajaran bersama dalam menjalani kehidupan. Sekali lagi, saya bukan bermaksud mendakwahi.

Pada pancasila saja, persatuan masih pada sila ketiga. Persatuan Indonesia. Maknanya, dalam sekali. Founding Father kita ingin berpesan agar bangsa ini tetap bersatu. Tidak mudah dipecah belah oleh bangsa asing.

Dalam referensi lain, rengginang ini merupakan simbol dari kemakmuran yang kemudian dibagikan kepada rakyat. Jajanan ini tidak pernah ketinggalan pada saat ada sedekah bumi. Simbul kemakmuran itu diambil dari bahannya. Sebab, bahan pembuatan rengginang dari beras ataupun ketan. Dua bahan ini sering menjaddi simbol kemakmuran suatu daerah. Intinya, cukup pangan.

Dua makna pada rengginang ini, setidaknya bisa melepas beban bagi kita semua yang menyuguhkan rengginang dalam toples biskuit ternama. Sebab, rengginang adalah simbul persatuan dan kemakmuran.

Teman saya yang menyuguhkan rengginang didalam toples senyumnya semakin lebar setelah mendengar cerita ini. Selamat Lebaran maaf terlambat mengucapkan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun