Mohon tunggu...
mimi1510
mimi1510 Mohon Tunggu... -

hobby membaca, travelling, sedang belajar menulis, suka mengamati sesuatu yang orang lain kurang memberi perhatian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Uang Laki-Laki

19 April 2010   10:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_122001" align="alignnone" width="300" caption="uang saku"][/caption]

Pasti semua pernah mendengar ini. Saya pun mendengar istilah ini sejak kecil, Karena itu sejak menikah saya memiliki ruang di hati saya untuk menghormati uang laki-laki ini.

Bagi yang masih bingung mungkin perlu saya jelaskan sesuai pengetahuan saya yang terbatas ini, uang laki-laki adalah income dari kantor/instansi yang tidak masuk dalam slip gaji yang keluar secara berkala ada yang 3 bulan sekali atau dalam periode yang tidak pasti. Untuk yang kerja di perusahaan mungkin semacam bonus atau tip yang tidak tetap jumlah dan masa pemberiannya. Karena saya sekarang menjalankan sebuah perusahaan maka sayapun memberikan semacam tip/bonus berdasar order yang kita terima yang memang tidak saya masukkan dalam slip. Entahlah,apakah saya tidak sengaja juga meneruskan tradisi ini.

Begitu juga terhadap suami saya, saya menghormati dia untuk menggunakan uang laki-lakinya dari side order yang kami terima, setahu saya untuk mentraktir teman-temannya dan berbelanja kebutuhan hobbinya yang tidak semuanya harus saya urusi .

Tetapi masalah agak runyam ketika saya mendapati dia membelanjakan tepatnya mendonasikan sejumlah tertentu untuk keperluan tim bolanya pada saat perusahaan kami dalam kondisi di bawah. Cukup membuat kami bertengkar agak sengit (terus terang baru kali ini kami bertengkar masalah uang) karena selama ini saya berprinsip selama semuanya berjalan seimbang ok lah.

Ternyata setelah saya berbincang dengan seorang temannya barulah saya tahu bahwa suami saya adalah seorang bola mania yang mau berkorban apapun demitim yang dibinanya. Saya pikir….. jadi kasusnya agak lain, bukan sekedar membelanjakan uang laki-laki itu tapi hasrat kuat dalam hobinya. Ini yang menjadikannya over-spend hingga tidak mempedulikan akibatnya. Akibat yang saya maksud adalah apabila saya membiarkannya bukan mustahildia dimanfaatkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Sampai tulisan ini saya tulis, saya belum meng-clearkan masalah ini dengan suami saya. Saya ada pertanyaan kepada kawan-kawan kompasianer.

Ladies: Adakah batasan bagi kita untuk memberikan toleransi kepada pasangan kita sampai seberapa mereka boleh membelanjakan uang pribadi tersebut? Apa salahnya melihat dulu ke dalam, kalau everything is ok, yah…just go on.

Gents: Apakah anda sangat tidak suka ketika pasangan anda bertanya untuk apa saja uang saku anda? Lalu bagaimana kita sebaiknya bersikap? Sendainya jumlahnya agak besar apa salahnya anda memberitahukan pasangan anda?

Terimakasih sudah mampir dan membaca. Trimakasih 2x kepada yang share komen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun