Perubahan dunia begitu cepat. Seluruh sendi kehidupan tak luput dari perubahan dan pengaruh global. Perubahan (change) adalah sebuah keniscayaan dalam hidup ini. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun dunia terus mengalami perubahan. Lingkungan di sekitar kita juga berubah. Jika tidak ada perubahan maka itu bukanlah kehidupan. Kemampuan manusia untuk membaca beberapa arah perubahan itulah yang akan membuat dia menjadi pemenang. Kemampuan untuk beradaptasi menjadi salah satu hal yang penting.
Proses adaptasi akan menjadi lebih cepat jika kita juga cepat melakukan identifikasi terhadap arah perubahan zaman. Ada beberapa fakta yang membukikan bahwa arus perubahan sebenarnya bisa kita tangkap dan kita manfaatkan. Misalnya, para Wali Songo yang disebutkan bisa mengamati jika Kerajaan Majapahit telah lemah akibat perang saudara. Perubahan itu kemudian dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk mendeklarasikan kerajaan baru yaitu Kerajaan Islam Demak. Begitu juga dengan arus perubahan dunia yang seyogyanya juga bisa kita indentifikasi.Â
Dunia global telah membawa perubahan yang sangat besar termasuk dalam hal kebudayaan dan pendidikan. Sadar maupun tidak pendidikan di Indonesia telah mengalami fase demoralisasi (kemerosotan akhlak). Berharap setiap out put yang dihasilkan dari sekolah/perguruan tinggi mampu menjawab kemerosotan akhlak tersebut, justru malah menjadi korban baru dengan label modernisasi dan globalisasi. Seperti yang ditulis di merasabodoh.com dengan judul harapan itu bernama pelajar bahwasanya pelajar tidak hanya mengikuti alur perkembangan, akan tetapi harus bisa menjadi pionir dimana dan kapan saja pelajar berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H