Mohon tunggu...
Amrizal Muchtar
Amrizal Muchtar Mohon Tunggu... Dokter - Dosen FK UMI, Dokter, Alumni Universitas Shimane Jepang

Saya adalah seorang penulis yang masih belajar untuk mengendalikan mood. Profesi sampingan saya adalah seorang dokter, dan blogger,

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mati, Solusi untuk Menghilangkan Masalah Hidup

15 Agustus 2010   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:01 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Aku sering sekali duduk terpekur tiba-tiba. Rasa nyesak sering datang mengingat kenyataan hidup pahit yang kualami. Hidupku masih penuh masalah yang jelas-jelas penyebabnya sering dari diriku sendiri. Tapi saya yakin bahwa bukan Cuma saya yang menjalani hidup seperti ini. Semua orang pasti pernah memiliki masalah hidup, dimana kenyataan yang ada tidak sebanding dengan harapan pribadi.

Hidup…hidup..engkau memangdiciptakan seperti masakan yang kadang kala enak, kadang kala pedes, pahit, kecut, manis. Jadi apa yang harus kulakukan. Kalau memang hidup ini ditakdirkan penuh dengan masalah, secara logika mati adalah jawabannya. Ha ha ha.. Sampai segitunya yah. Yah, kalau memang akumasih ingin hidup, berarti konsekuensinya aku harus bersiap untuk menghadapi masalah yang ada. Jelas-jelas aku belum mau mati. Aku belum siap mati. Maka ini bukanlah jawabannya.

Hadapi aja RIZAL….

Yah. Memang harus begitu rupanya. Mungkin disinilah arti penting hubungan manusia dengan Tuhan. Manusia butuh Tuhan. Bukan Tuhan yang membutuhkan ibadah manusia. Bagaimana dengan diriku? Fuih.. Aku berlaku seakan-akan aku tidak butuh Tuhan. Astaghfirullah, ampuni aku ya Rabb. Aku lupa lagi.. lupa lagi.. lupa lagi…. Aku suka lupa akan keberadaanMu dalam perjalanan hidup aku. Seakan-akan aku hidup sendiri. Aku hidup tanpa peran dari-Mu. Betapa durhakanya aku selama ini. Engkau yang memberiku hidup, waktu, kemampuan, fisik yang luar biasa, tapi aku tidak berterima kasih.

Inilah diriku Ya, Tuhan. Makhluk lemah yang belum bisa berterima kasih kepada Engkau. Aku mau Engkau memaafkan diriku yang lemah. Aku malu menjadi orang seperti sekarang. Terlalu banyak meminta. Tanpa tahu membalas. Aku yakin Engkau tidak pernah minta balasan. Aku tahu Engkau tidak membutuhkan itu.Aku justru yang membutuhkan-Mu. Tapi sikapku belum bisa menjadi seperti itu. Aku hanya bisa berkeinginan untuk menjadi seperti itu. Tapi langkah-langkahku belum ke sana. Tujuan tanpa action tidak akan pernah berhasil. Tapi suatu saat aku akan mencoba untuk berjalan lurus ke arahMu. Berhasil atau tidaknya memang sesuai kehendak-Mu dan juga usahaku.

Sesungguhnya apa yang aku inginkan di dunia ini Cuma ketenangan batin. Dan satu-satunya ketenangan batin yang sejati adalah disaat manusia bisa berhubungan dengan Tuhandengan erat. Biarlah apa yang terjadi di dunia ini. Ikatan dengan Tuhan adalah yang paling penting. Berlaku sebagai tali yang mengikat kapal supaya tidak terbawa ombak kehidupan. Ya, Tuhan mudah-mudahan aku bisa kembali membuat simpul-simpul ikatan yang erat dengan Engkau.

Amrizal Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun