Mohon tunggu...
Amri Dwi Putra Siagian
Amri Dwi Putra Siagian Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Magister Pariwisata STP Trisakti

Mahasiswa Program Studi S2 Pariwisata Trisakti - UMKMpreneur - Gastronomique Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Katanya Sih "Hiring for Attitude" tapi Kenapa Jadi Menilai Attitude Hanya dari CV Saja?

18 Juni 2022   14:25 Diperbarui: 18 Juni 2022   14:30 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai Kompasiana...

kalian tahu tidak kenapa setiap melamar kerja, recruiter tidak memberi kandidat kesempatan yang sama? katanya training for skill, hiring for attitude, kenapa ada orang orang yang digugurkan hanya berdasarkan CV, apakah dari CV recruiter sudah bisa melihat attitude seseorang? kenapa tidak diinterview saja semuanya ? setidaknya berilah kesempatan kepada para pelamar yang sudah effort dengan mengirim lamarannya.

Apakah memungkinkan untuk menilai attitude seorang pelamar hanya dari CV-nya ? kebanyakan tidak. Tapi menilai attitude sebagai poin utama, bukan berarti harus menilai attitude di proses seleksi yang pertama. Proses seleksi pertama atau seleksi CV dapat digunakan untuk menyeleksi kandidat berdasarkan pengalaman, pendidikan, sertifikasi, dan kualitas tertulis lainnya. Pada waktu proses seleksi berikutnya barulah bisa dalam menilai attitudenya.

Lalu sebagai seorang pencari kerja bagaimana cara kita agar mendapatkan kesempatan untuk interview:

1. Punya attitude yang baik itu penting, tapi punya attitude yang baik saja tidak cukup. Kita  harus punya kemampuan kerja yang baik, punya pengetahuan dan keahlian. Tingkatkan kualifikasi yang anda miliki, jangan cuma mengandalkan attitude.

2. Kebanyakan recruiter sekarang sudah memiliki beragam panduan atau sistem dalam seleksi CV. Pastikan CV kita ready  untuk bersaing di dalam proses seleksi CV. CV atau profile yang kita buat haruslah mengandung kata-kata kunci kualifikasi yang kita miliki, dan siap untuk dikirim kapan saja.

3. Kita memang tidak harus memenuhi seluruh persayaratan jabatan yang ada di dalam iklan sebuah lowongan kerja, tapi itu bukan berarti kita bisa lamar saja semua lowongan yang ada. Selektiflah dalam mengirimkan lamaran, jangan menyebar CV secara membabi buta, tidak peduli kita cocok dengan requirement nya atau tidak.

Sadarilah, kitalah orang yang paling bertanggung jawab untuk memanage ekspektasi diri kita sendiri. Jika kita melamar secara membabi buta, jangan heran kalau kita menjadi putus asa, karena merasa mengirimkan ratusan lamaran tapi tidak ada kunjung tiba si panggilan kerja itu.

Dari sekarang, carilah lowongan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang dan kualifikasi kita, kemungkinan kita dipanggil akan jauh lebih besar. Lamarlah di lowongan yang tidak banyak orang yang melamarnya, kemungkinan kita dipanggil akan jauh lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun