Bicara tentang Haji Muda adalah tantangan tersendiri bagi kaum milenial, menurut saya ada dua Aspek yang mempengaruhi kurangnya minat anak muda menuanaikan ibadah haji, pertama Aspek Finansial dan yang kedua adalah Aspek Sosial.
Aspek Finansial, tentu ini menjadi problem mendasar bagi anak muda terlebih pemuda yang belum memiliki pekerjaan tetap, boro-boro bicara soal Haji Muda Upgrade Handphone aja belum, maka tidak sedikit pendapat bahwa anak muda adalah ladang subur kapitalis karena budaya konsumtif dan persaingan dalam komunitas-komunitas tertentu, anak muda selalu ingin kelihatan setara dalam lingkup pergaulan, mereka cenderung mengitkuti trend masa kini dan tidak mau di bilang ketinggalan zaman, bagaimana bisa menabung di Tabungan Haji Danamon Syariah jika uang yang di dapat hanya untuk membiayai gaya hidup.
Aspek Sosial, yang paling menakutkan bagi anak muda adalah manifestasi pasca ziarah spiritual, kelompok masyarakat pada umumnya memiliki definisi yang sifatnya permanen tentang 'Haji' tittle haji harus termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari, maka ada pertarungan dalam ruang batin setiap anak muda, bagaimana dia harus menjelaskan pada komunitasnya bahwa dia tidak bisa lagi ikutan dugem, nongkrong yang tidak bermanfaat, harus berhijab sesuai syariat, saat azan berkumandang sesegera mungkin meninggalkan pembicaraan  dan menunaikan sholat, termasuk sikap kesederhanaan, ini adalah standar umum atau 'protap' yang mesti di jalankan bagi setiap individu yang menyandang status Haji agar tidak di bilang "haji mardud" ( Tertolak ). Sementara pada situasi yang bersamaan anak muda sedang di perhadapkan dengan arus perubahan sosial yang maha dahsyat, tidak sedikit anak muda yang akut bahkan takut di bilang ketinggalan zaman.
Ini adalah sebuah fenomena sosial dalam kehidupan masyarakat indonesia wabil khusus anak muda, namun bukan berarti tidak ada penawarnya, perubahan kerap menawarkan dua opsi yang berbanding terbalik, "madu dan racun" dari sisi narasi kita akan sangat mudah menentukan mana yang semestinya di pilih, namun dari sisi aktualisasi ini seperti menarik benang di atas tepung, tak nampak dengan kasat mata namun ada nilai-nilai yang hilang di dalamnya, Perkembangan Teknologi Digital, Media Sosial, dan lain-lain nampak seperti madu tapi jika kita salah dalam penerapanya maka madu bertransformasi menjadi racun yang merusak bahkan membunuh energi positif generasi muda. jika tidak di bekali dengan filter iman sebagai fondasi dan komando pergerakan hidupnya, maka kita akan memperpanjang barisan generasi muda yang rapuh.
Tidak sedikit pendapat yang di kemukakan banyak orang bahwa "generasi milenial" adalah generasi foya-foya, hedon dan lain sebagainya ini karena termanifestasi dalam gaya hidup anak muda sehari-hari di lingkungan dimana iya tinggal, berdasarkan pengamatan hanya ada 1 dari 50 anak muda yang berfikir Progresif, satu dari lima puluh anak muda yang sadar bahwa mereka adalah "Sosial Control" dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Masa muda adalah masa keemasan dalam proses kehidupan manusia, karena masa muda adalah masa yang penuh energi, fisik yang kuat serta memiliki daya ingat yang segar, oleh karenanya Sahabat Ibnu Abbas pernah berkata ''Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan pemuda. Dan seorang alim tidak diberi ilmu pengetahuan oleh Allah melainkan di waktu masa mudanya.'' Demikian pula dalam kisah teladan "Ashabul Kahfi" Tujuh Pemuda yang terkenal kokoh iman dan teguh pendirian dalam memegang prinsip kebenaran. Kisah ini cukup menjadi inspirasi generasi milenial untuk menghadapi berbagai tantangan zaman,
Maka ketika kita menunaikan Haji pada usia muda insyaallah ini akan menjadi benteng utama yang membingkai serangan arus perubahan zaman. Dan untuk Bank Danamon, sebagi anak muda saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya karena telah menjembatani Ziarah Spritual bagi anak muda milenial melalui program Tabungan Haji Danamon Syariah, program ini membuktikan komitmen Bank Danamon ikut terlibat aktif membentuk generasi bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun cerdas secara spriritual, jajaran direksi Bank Danamon sadar bahwa generasi milenial adalah inti perubahan untuk indonesia yang lebih baik.
Trimakasih Bank Danamon untuk Program Tabungan Haji Danamon Syariah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H