Michael H. Hart menyusun 100 orang paling berpengaruh di dunia. Muhammad SAW menempati posisi pertama karena mampu memberi perubahan secara drastis bagi peradaban arab. Kultur peradaban yang keji, tidak  manusiawi, serta tidak adanya penghargaan kepada perempuan dapat diubah dengan waktu yang relatif singkat, sekitar 2 dekade lebih. Dibutuhkan keberanian yang besar untuk melakukan hal tersebut. Dimulai dari melawan keluarga sendiri, lingkungan sekitar, hingga ancaman fisik menjadi tantangan yang merintang. Namun, kebaikan akan menemukan jalannya. Pindah ke Kota Yastrib, yang kemudian berganti nama Madinah, setelah adanya baiat Aqabah menjadi titik balik. Pindah bukan karena takut, tapi sebagai strategi untuk menghindari ancaman yang semakin masif, seperti pembunuhan. Sebuah keputusan yang tepat melihat realitas yang ada. Toh, akhirnya Muhammad mendapat kemenangan dan kembali ke tanah kelahirannya Makkah melalui peristiwa Fath al-Makkah, sewindu setelah pindah ke Madinah. Contoh bawa keberanian harus diiringi sikap bijak dan tepat saat melihat realita yang terjadi.
Keberanian juga dicontohkan oleh para founding fathers bangsa. Kesadaran akan negara merdeka yang di usung Budi Utomo pada tahun 1908 tidak akan terkonversi menjadi kemerdekaan tanpa adanya keberanian. Kesadaran yang digaungkan menjadi pelecut keberanian tumpah darah Indonesia untuk bergerak dan berusaha melakukan perubahan dari bangsa Hindia yang terjajah menjadi bangsa Indonesia yang merdeka melalui berbagai bidang, baik pendidikan, politik, hingga militer. Sekali lagi, keberanianlah yang menjadi faktor utama untuk perubahan. Pertanyaannya, keberanian apa yang berhasil membuat perubahan?
Hemat saya, ada dua faktor yang mengiringi keberanian. Pertama adalah kesetaraan dalam bersuara. Ketika Madinah dikepung oleh pasukan musuhnya, seorang dari persia, yang notabene non-arab, bernama Salman al-Farisi bersuara agar dibangunkan parit untuk menghalau kepungan musuh. Hal tersebut berhasil sehingga membuat pasukan musuh tertahan diluar Madinah selama sebulan dan akhirnya kalah karena angin kencang yang meluluh lantakkan perkemahannya.
Sama halnya ketika persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setelah mendengar siaran kabar kekalahan jepang di radio BBC, golongan muda saat itu mendesak agar kemerdekaan segera diproklamirkan. Golongan tua saat itu masih berpegangan pada janji Jepang mengenai kemerdekaan. Mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok yang diinisiai golongan muda menjadi titik balik kedua golongan itu untuk saling mendengar suara satu sama lain. Esoknya, Indonesia merdeka. Itulah pentingnya kesetaraan bersuara dalam keberanian untuk membuah perubahan.
Kedua, efektivitas dalam bekerja. Muhammad dikelilingi berbagai sahabat yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Kemampuan yang berbeda itu mampu dikelola baik dengan menempatkan individu pada posisi yang tepat. Hal tersebut menjadikan lingkaran Muhammad dapat bekerja efektif sehingga dapat menyelesaikan masalah yang ada. Tentu tanpa perlu rapat bertele-tele yang menghabiskan waktu tanpa solusi.
Begitu juga saat founding fathers bangsa melakukan pergerakan menuju Indonesia merdeka. Disaat SDM berkualitas yang dimiliki sangat terbatas karena dibatasinya akses pendidikan oleh Kolonial Belanda, mereka mampu menempatkan individu pada posisi yang tepat. Hal itu membuat mereka dapat mengidentifikasi permasalahan apa saja yang harus dihadapi beserta solusi yang terbaik. Contohnya seperti sikap kapan harus berkompromi dengan penjajah dan kapan harus melawan. Tentu saja, hal ini juga tanpa perlu melewati rapat yang bertele-tele tanpa ada solusi, karena mereka mampu memahami dan menginventarisir masalah. Itulah efektivitas yang dapat menunjang keberanian untuk membuat perubahan.
Kembali lagi, keberanian diperlukan untuk menghadirkan perubahan. Mi Instan saja harus berani direbus di atas panas api agar bisa berubah menjadi sebuah makanan. Namun, bukan keberanian saja yang dibutuhkan. Butuh efektifitas dan kesetaraan dalam bergerak untuk mendampingi keberanian agar mampu menwujudkan perubahan, tentunya kearah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H