Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Insinyur - Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Direktur Eksekutif PT KPM Oil & Gas, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Resensi Buku Flying Traveler

6 Agustus 2014   14:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:17 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku : Flying Traveler (Berburu Momen Anti Mainstream)

Penulis : Junanto Herdiawan

Penerbit : B First (PT Bentang Pustaka)

Penyunting : Sian Hwa dan Qha

Tebal : 150 halaman

ISBN : 978-602-8864-97-8

[S]elalu menyenangkan membaca buku-buku karya mas Junanto Herdiawan ini. Sejak peluncuran buku perdananya "Japan After Shock" , "Shocking Japan"hingga buku terbarunya "Flying Traveler ini, saya senantiasa terpesona pada kemampuan ekonom Bank Indonesia yang kini bertugas di Surabaya ini dalam mengolah kata dan menyajikannya dalam bentuk bacaan yang memikat. Berbeda dengan buku sebelumnya, mas Junanto mengemas buku "Flying Traveler" dengan memadukan cerita pengalaman travelingnya bersama kemampuannya berlevitasi. Pada halaman pengantarnya, mas Junanto mengungkapkan apa itu Levitasi. Menurutnya, Levitasi adalah seni berpose yang nyata, bukan dengan trik ataupun aplikasi. Levitasi dilakukan dengan sebuah gerak fisik yang mengharuskan kita"melayang" secara riil. Pada bagian lain, mas Junanto menambahkan bahwa Levitasi berbeda dengan "jump shot". Dalam "jump shot" wajah dan tubuh seseorang memperlihatkan ekspresi meloncat, sedangkan dalam teknik levitasi, ekspresi wajah terlihat natural. Hal inilah yang membuat seseorang terkesan mengambang dalam foto.

Saya menjadi kian penasaran untuk membaca lembar demi lembar buku ini. Petualangan mas Junanto menjelajah berbagai negara dan wilayah di tanah air diwarnai dengan foto aksi levitasinya yang mengagumkan membuat saya begitu menikmati cerita-cerita yang dipaparkan di buku ini. Bab pertama menceritakan kisah ekonom Bank Indonesia yang bekerja di Surabaya ini bertemu dengan Natsumi Hayashi sang "legenda" Levitasi yang menjadi salah satu inspiratornya di daerah Ebisu, Tokyo Jepang. Natsumi yang juga dijuluki "The Floating Girl From Tokyo" ini bercerita bahwa dalam melakukan proses levitasi ia mengambil tema sehari-hari, seperti di taman, di jalan,kantor, gedung, restoran bahkan kereta api. Konon, ia sempat disangka orang gila karena loncat-loncat sendirian di depan toko. Di bab berikutnya mas Junanto berkisah tentang pengalamannya menyusuri wilayah Jepang, termasuk tentu saja aksi-aksi levitasinya. Di bab ini saya terpukau pada paparan informasi yang disajikan tentang sejumlah tempat eksotis di Jepang, khususnya di Tokyo. Aksi levitasinya di Tokyo Skytree dan Tokyo Station yang masing-masing mewakili tema antar waktu : masa depan & kejayaan masa lalu, sungguh menakjubkan. Sudut pandang foto yang diambil sangat tepat dan menggambarkan spirit bangunan dilatar belakangnya. Cerita dan pengambilan levitasi lainnya yang membuat saya takjub adalah ketika mas Junanto berpose di depan patung"Big Budha", patung budha tertinggi kedua di Jepang. Cukup susah mengambil foto disini karena lokasinya selalu ramai dan penuh dengan turis. Saya sempat membayangkan tingkat kesulitan pengambilan fotonya :) .Untunglah saat pengambilan gambarnya saat solo levitasi disana suasana sedang sepi. Petualangan berlanjut ke China di bab berikutnya. Saya terpesona pada gaya levitasi mas Junanto sambil menggunakan pakaian ala Kaisar China. Saya sempat terbayang film-film kungfu China klasik dimana para pendekarnya mampu terbang dengan ilmu meringankan tubuh yang mumpuni. Posenya pun sungguh memikat dilatarbelakangi pos penjagaan tembok besar China. Perjalanan levitasi mas Junanto kali ini juga tak hanya melibatkan dirinya sendiri dan kawan-kawan, namun juga anak dan istri yang ber-levitasi secara bersama-sama dengan latar belakang Temple of Heaven di China. Mengagumkan.

Dalam perjalanannya di Korea Selatan, mas Junanto menceritakan pengalaman serta membagi foto-foto levitasinya di beberapa tempat eksotis. Salah satu pose levitasi yang saya suka adalah pose ketika berfoto bersama kereta super cepat ala Shinkansen Korea : KTX. Gaya "terbang"-nya didepan moncong KTX tiba-tiba mengingatkan saya pada gaya terbang si manusia baja Superman. Di bab berikutnya, mas Junanto juga menceritakan pengalamannya menyusuri Mongolia. Gaya melayang mas Junanto dengan pakaian dingin tebal dan busana ala Mongolia tepat didepan patung Genghis Khan sedang menunggang kuda begitu memikat. Hamparan salju putih yang ada didekatnya semakin menambah dramatisasi foto yang ditampilkan. Pada bab selanjutnya, mas Junanto menampilkan sejumlah cerita dan aksi levitasinya di berbagai wilayah di Nusantara. Mulai dari aksi Horizontal Levitation di Bromo & Gili Trawangan, Spiritual Levitation di Muaro Jambi, Perpustakaan Bank Indonesia Mayangkara, House of Sampoerna, Masjid Cheng Ho Surabaya, Asta Tinggi Madura hingga eksotisme kawah ijen. Semuanya begitu menawan dipadu dengan kisah-kisah menarik seputar tempat pengambilan gambar dilakukan. Tak heran jika pengelola blog Instagram sangat mengapresiasi, bahkan sempat mewawancarainya dan meminta izin untuk re-gram (menayangkan ulang foto seorang instagrammer) untuk menampilkan foto-foto mas Junanto di situs web instagram. Tak hanya itu mas Junanto dipilih oleh situs Buzzfeed sebagai salah satu dari 21 akun instagram paling kreatif 2013. Secara umum buku ini layak dibaca dan dimiliki. Tidak hanya menyajikan pengalaman perjalanan "anti mainstream" berlevitasi ria, namun juga foto-foto berwarna yang begitu menakjubkan. Uraian informasi yang disajikan disampaikan dengan menarik, lugas dan mudah dimengerti. Di bagian akhir buku ini, mas Junanto membagi informasi mengenai tips dan trik fotografi levitasi. Salut dan sukses buat mas Junanto, ditunggu buku selanjutnya !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun