Aku tumbuh sebagai lelaki yang agak tampan dan tahi lalat Rano Karno yang ada di dagu kiriku menjadi daya tarik tersendiri, berpadu dengan kumis tipis nan menggemaskan.
Aku akhirnya memilih mengalah dan pergi sejenak ke bangku taman dekat rumah, merenungi nasib.
Tiba-tiba handphoneku berdering nyaring.
Dari ibu mertuaku.
"Nak, sabar ya.. jangan diambil hati istrimu Rani yang marah-marah terus. Mungkin dia belum sampaikan kepadamu, seminggu lalu dia memeriksakan kandungan ke dokter dan dinyatakan hamil. Sepertinya dia sedang ngidam berat. Katanya dia akan menyampaikan kabar gembira itu padamu sesegera mungkin. Apakah Rani sudah menyampaikannya, nak?," suara lembut ibu mertua terdengar di ujung telepon.
Tiba-tiba dadaku sesak. Handphoneku terjatuh ke rumput taman.
Kepalaku mendadak berputar-putar. Tahi lalat Rano Karnoku mendadak berdenyut-denyut. Sakit.
Dalam hati aku mengutuk diri sendiri dan mempertanyakan vonis dokter setahun lalu, bahwa aku mandul dan tak bisa memberikan anak untuk Rani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H