Mohon tunggu...
amril zal
amril zal Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

alangkah lucunya negeri ini..... dan kompasiana lebih lucu lagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SBY: Memaksa Evakuasi

6 November 2010   05:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:49 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Letusan gunung Merapi 2010, relatif telah memakan korban jiwa yang cukup besar, jika dibandingkan dengan kronologis letusan gunung Merapi itu sendiri; yaitu sejak dinaikan statusnya dari siaga menjadi awas pada tanggal 25 Oktober 2010, kemudian diikuti dengan letusan pertama pada tanggal 26 Oktober dan letusan dahsyat berikutnya tanggal 4-5 November 2010, hingga berlanjut sampai sabtu pagi ini.

Walaupun dilaporkan menjadi letusan merapi terdahsyat di periode 100 tahun terakhir, tetapi letusan ini seolah-olah dapat dibaca dengan baik oleh ilmuwan kita di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang dipimpin ilmuwan Surono.

Kemudian PVMBG bersama-sama Badan ini bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan tindakan-tindakan antisipasi sebagai mana mestinya, dalam menanggulangi bencana ini.

Sangat disayangkan, pesan-pesan dari PVMBG meskipun sampai dengan baik kepada masyarakat wilayah bencana merapi, tetapi tetap memakan korban jiwa hingga lebih dari 100 Jiwa.

Hanya mbah marijan yang terekam dengan baik kenapa beliau lebih memilih mati bersama merapi. Alasan sederhana beliau "Aku krasan ning kene. Nek aku melu ngungsi. aku digeguyu pilik (Saya kerasan tinggal di sini (Kinah-rejo. Red). Bila ikut mengungsi, saya ditertawakan ayam)," gurau Mbah Marijan kepada wartawan di kediamannya di Kinahrejo.

Sedangkan korban jiwa lainnya adalah alasan harta benda dan lain yang tidak terbawa dalam evakuasi.  Sehingga tidak heran bila pemerintah kemudian memutuskan akan membeli hewan ternak warga korban bencana dan akan mengevakuasi warga secara paksa.

Kita menunggu kembali apakah keputusan yang telat ini; dapat efektif mencegah korban jiwa lebih banyak lagi?

Semoga kebijakan yang menghargai nyawa anak bangsa baik ini; 1.Memaksa Evakuasi (no more mbah marijan) ; 2. Mengganti kerugian ternak; 3. Mengganti kerugian lainnya dapat juga dijalankan oleh siapapun pemerintahnya.

Mari berdoa agar merapi cepat tidur nyenyak kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun