Mohon tunggu...
Amriadi Muhdar
Amriadi Muhdar Mohon Tunggu... Guru - Community Educator

a lifelong Learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Masyarakat, Kunci Mengatasi Krisis Pendidikan

14 Oktober 2024   11:44 Diperbarui: 14 Oktober 2024   11:48 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan Masyarakat, Kunci Mengatasi Krisis Pendidikan di Sulawesi Barat

Berdasarkan sumber dari Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusdatin) yang diakses pada September 2024, angka Anak Tidak Sekolah (ATS) usia 7-18 tahun di Sulawesi Barat terus meningkat. Peningkatannya hingga mencapai 17.705 anak. Angka ini sudah termasuk anak putus sekolah (dropout) dan anak yang lulus tidak melanjutkan. Angka putus sekolah tertinggi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), sebesar 2.994 anak, disusul jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), 2.617 dan 2.409 pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Sementara itu, anak yang lulus tidak melanjutkan pada jenjang SD sebesar 5.030 anak. Angka ini tidak terlalu berbeda signifikan dari jenjang SMP yaitu 4.655.

Angka ATS di Sulawesi Barat yang terus merangkak naik ini menjadi sebuah krisis pendidikan yang mendesak untuk segera diatasi. Data di atas menunjukkan bahwa ribuan anak usia sekolah putus asa mengejar mimpi mereka karena berbagai kendala. Fenomena ini bukan hanya sekadar angka, melainkan cerminan dari permasalahan kompleks yang berakar pada kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kurangnya akses terhadap pendidikan berkualitas. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kondisi pendidikan masih jauh dari tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) untuk menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, pada tahun 2030.

 Mengapa Anak Putus Sekolah?

Beberapa faktor utama yang mendorong tingginya angka ATS di Sulawesi Barat adalah:

  • Kemiskinan: Beban ekonomi keluarga memaksa anak untuk lebih memilih bekerja daripada melanjutkan sekolah demi membantu menghidupi keluarga.
  • Akses: Kondisi geografis yang sulit dijangkau, terutama di daerah terpencil, menjadi penghalang utama bagi anak untuk menjangkau sekolah formal.
  • Norma Sosial: Diskriminasi gender dan pernikahan dini masih menjadi tantangan besar, terutama bagi anak perempuan.
  • Kualitas Pendidikan: Kurangnya fasilitas sekolah, tenaga pengajar, dan kurikulum yang relevan semakin memperparah masalah.

Dampak dari krisis pendidikan ini sangat luas dan kompleks, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi masyarakat dan bangsa. Nantinya, anak putus sekolah ini akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, memperpanjang siklus kemiskinan, meningkatkan kesenjangan sosial, termasuk kriminal. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan juga akan menghambat pembangunan daerah dan mengurangi daya saing bangsa.

Menggali Lebih Dalam Tentang Peran Masyarakat

Pendidikan bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintah. Setiap individu di masyarakat memiliki peran penting dalam memastikan setiap anak mendapatkan haknya untuk belajar. Studi terbaru menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat (community engagement)dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara signifikan. Dalam Indonesian Journal of Cultural and Community Development (2024) menggambarkan keterlibatan masyarakat sebagai suatu proses kolaboratif antara masyarakat, sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di suatu komunitas. Keterlibatan ini melibatkan berbagai bentuk partisipasi, mulai dari kontribusi sumber daya hingga partisipasi aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan. Masyarakat bisa berkontribusi dalam berbagai bentuk, mulai dari menentukan pembelajaran berdasarkan kebutuhan, menjadi relawan mengajar, memberikan donasi buku dan perlengkapan sekolah, hingga ikut serta dalam pengawasan mutu pendidikan.

Pendidikan formal memang fondasi penting bagi kemajuan individu. Namun, di Sulawesi Barat, kita perlu melampaui pendekatan satu ukuran untuk semua. Banyak anak-anak putus sekolah, mengindikasikan adanya kesenjangan antara kurikulum baku dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Di sinilah pendidikan masyarakat hadir sebagai solusi yang relevan. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam menentukan arah pembelajaran, kita menghormati hak mereka untuk memilih dan mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat. Konsep self-determination theory  (Decy dan Ryan, 2000) menegaskan bahwa ketika individu merasa memiliki kendali atas pembelajaran mereka, mereka akan lebih termotivasi dan berdaya.

Bayangkan jika setiap desa di Sulawesi Barat memiliki pusat pembelajaran yang fleksibel, menawarkan program-program yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Mulai dari keterampilan pertanian organik, pengelolaan perikanan berkelanjutan, hingga literasi digital. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya sekadar teori di kelas, tetapi menjadi alat untuk memecahkan masalah nyata dan meningkatkan kualitas hidup. Tentu, tantangannya tidak sedikit. Infrastruktur yang memadai, tenaga pendidik yang berkualitas, dan dukungan kebijakan yang kondusif menjadi kunci keberhasilan. Namun, dengan komitmen bersama, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang inklusif, relevan, dan berpusat pada masyarakat.

Pendidikan Masyarakat, Jembatan Emas bagi Anak Putus Sekolah

Pendidikan, kata kuncinya adalah proses sepanjang hayat (lifelong learning). Bukan hanya sekadar mengejar ijazah di bangku sekolah, namun juga sebuah perjalanan tanpa akhir untuk terus belajar dan berkembang. Sayangnya, tidak semua anak berkesempatan menikmati proses ini. Banyak di antara mereka yang putus sekolah, terputus dari jalur pendidikan formal.

Di sinilah peran pendidikan masyarakat menjadi begitu krusial. Pendidikan masyarakat bukan sekadar alternatif, melainkan sebuah kebutuhan. Ini adalah wadah bagi siapa saja, termasuk mereka yang tertinggal, untuk mengakses ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seperti yang ditegaskan oleh Hoerniasih (2018), pendidikan yang ideal adalah proses berkelanjutan (sustainability) yang menyatu dalam berbagai bentuk, baik formal, non-formal, maupun informal.

Di Sulawesi Barat, misalnya, pendidikan masyarakat bisa menjadi jembatan emas bagi anak-anak putus sekolah untuk kembali meraih mimpi. Dengan program-program yang relevan dan menarik, mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang dapat memberdayakan diri dan komunitasnya.

Mengapa Pendidikan Masyarakat Penting?

  1. Kesempatan Kedua: Bagi anak putus sekolah, pendidikan masyarakat adalah kesempatan kedua untuk belajar dan mengembangkan potensi diri.
  2. Relevansi: Materi yang diajarkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, sehingga lebih relevan dan menarik.
  3. Aksesibilitas: Pendidikan masyarakat seringkali lebih mudah diakses, baik dari segi waktu maupun biaya.
  4. Pemberdayaan Masyarakat: Tidak hanya individu, pendidikan masyarakat juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih maju dan berdaya saing.

Tidak jauh beda dengan apa yang diampaikan oleh Ghaffar (1990) bahwa konsep pendidikan masyarakat menawarkan fleksibilitas yang sangat dibutuhkan di daerah dengan kondisi geografis dan sosial ekonomi yang beragam. Kurikulum yang dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan masyarakat, serta pelaksanaan yang tidak terikat oleh ruang kelas konvensional, membuat pendidikan masyarakat menjadi lebih relevan dan mudah diakses. Bayangkan, seorang nelayan bisa belajar teknik penangkapan ikan yang lebih modern tanpa harus meninggalkan aktivitas sehari-hari.

Selain itu, dengan materi pembelajaran yang dirancang berdasarkan konteks lokal, pendidikan masyarakat mampu menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Pengetahuan yang diperoleh langsung dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara nyata. Misalnya, program literasi untuk ibu rumah tangga dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola keuangan keluarga.

Yang tak kalah penting, pendidikan masyarakat mendorong partisipasi aktif masyarakat. Ketika masyarakat terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program, mereka akan merasa memiliki dan bertanggung jawab atas keberhasilannya. Hal ini akan memperkuat ikatan sosial dan mempercepat proses perubahan di masyarakat.

Pendidikan Masyarakat, Kunci Masa Depan Anak-Anak Sulawesi Barat

Masalah anak tidak sekolah (ATS) di Sulawesi Barat menjadi perhatian serius. Untuk mengatasi persoalan ini, pendidikan masyarakat menjadi salah satu solusi yang patut digalakkan. Namun, upaya ini tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait harus bersinergi dalam mewujudkan pendidikan masyarakat yang efektif.

Pertama, pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terhadap kelembagaan yang mengurusi pendidikan masyarakat. Dengan anggaran yang memadai dan struktur yang kuat, lembaga ini dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Selain itu, kurikulum pendidikan masyarakat harus dirancang sedemikian rupa sehingga relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Proses pengembangan kurikulum juga perlu melibatkan partisipasi aktif masyarakat agar materi yang diajarkan benar-benar bermanfaat.

Kedua, kualitas pendamping pendidikan masyarakat juga menjadi faktor penting. Mereka harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Pelatihan yang berkelanjutan perlu diberikan agar pendamping dapat memberikan pendampingan yang berkualitas kepada peserta didik.

Ketiga, kemitraan dengan berbagai pihak sangat krusial. Lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan perguruan tinggi dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan masyarakat. Misalnya, lembaga swadaya masyarakat dapat membantu dalam hal sosialisasi program, dunia usaha dapat menyediakan sarana dan prasarana, serta perguruan tinggi dapat memberikan dukungan akademik.

Keempat, kampanye masif harus digencarkan untuk menyadarkan masyarakat, terutama orang tua, bahwa pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan anak-anak mereka. Pendidikan bukan sekadar meraih ijazah, namun lebih dari itu, pendidikan membentuk karakter, membuka peluang, dan memperluas wawasan. Orang tua harus menjadi contoh dan motivator bagi anak-anak mereka untuk terus belajar dan meraih cita-cita. Dukungan penuh dari keluarga akan menjadi benteng kuat bagi anak untuk bertahan dalam menempuh pendidikan.

Pendidikan Masyarakat sebagai Solusi yang Komprehensif

Salah satu kunci untuk mengatasi masalah ATS adalah melalui pendidikan masyarakat. Program-program pendidikan nonformal dapat dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, memberikan keterampilan hidup, dan memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Ketika masyarakat menyadari bahwa pendidikan adalah investasi terbaik, maka mereka akan bersedia berjuang untuk mewujudkannya.

Tentu saja, pendidikan masyarakat bukanlah satu-satunya solusi. Namun, ia merupakan fondasi yang kuat untuk membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan komitmen kuat dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, serta seluruh lapisan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak-anak kita.

Ketika kita memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak kita, kita tidak hanya mengubah hidup mereka, tetapi juga masa depan bangsa. Sulawesi Barat yang cerdas dan berdaya saing adalah impian kita bersama. Mari kita wujudkan melalui pendidikan masyarakat!

Amriadi, S.Pd.

Mahasiswa Program S2 Pendidikan Masyarakat

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun