Terus bagaimana kita ketahui calon kita akan bobot dan bibitnya. Islam mengajarkan kepada kita yang namanya ta’ruf. Ta’aruf itu datangi wali, anda bebas bertanya kepada orangtuanya, karena yang paling tau tentang anaknya adalah orangtua tentunya. Namun kalau tidak cocok sama-sama saling tidak merugikan. Dan hal ini tentu tidak kita temukan dalam halnya pacaran yang merugikan kedua belah pihak. Karena itu dilarang yang namanya pacaran.
Ketika orang mengeluarkan pernyataan pacaran itu boleh kok, asal setelah nikah. Itu aja syaratnya. Dalam mengatasi hal ini Rasulullah bersabda: “Hai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang sudah mencapai masa nikah (Memiliki kemampuan), maka nikahlah. Karena itu dapat menjaga pandangan mata dan kemaluan. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa, karena itu penyembuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits diatas jelas solusi bagi yang belum siap berpuasa, bersabar tentunya. Perbaiki diri dulu sebelum masa. Sibukkan diri dengan hal-hal yang baik. Agar kamu tidak melihat yang tidak pantas untuk kamu lihat. Untuk menciptakan kebiasaan baru memang, memerlukan waktu, kesabaran, istiqamah mempertahankannya. Mulailah dari sekarang sebelum menyesal dipengujungan dan tiada kata terlambat selain #udahputusinaja!
Pilihlah pasangan yang selektip, yang dapat mengantarkan kamu ke surga Allah, itulah cinta suci dan sejati. Bukan cinta yang dimaksud I Love Yaou My Heart atau berbagai kata romantic lainnya. Semoga yang sudah nikah tetap langgeng, sakinah, dan mawaddah warahmah. Yang belum nikah siapkan diri untuk bisa meyakinkan diri dan semua orang disekitar anda. Risalah ini telah kami sampaikan, mudah-mudah Allah memberikan hidayah kepada kita untuk berani berkata #CukupSampaiDisiniSaja