Pemilihan Umum Tahun 2014 akan digelar tahun ini. Hari H yakni 9 April 2014 semakin dekat. Partai Politik peserta Pemilu Tahun 2014 saat ini berada pada puncak kesibukan berkampanye mulai dari Pusat hingga daerah bahkan sampai ke desa-desa.
Masih seperti dulu, kampanye selalu diwarnai saling tuding, fitnah dan yang paling penting adalah pencitraan terhadap kinerja Parpol serta Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang akan diajukan pada masa Pilpres mendatang.
Seru ala elit politik di pusat selalu menjadi perhatian karena media cetak dan elektronik terfokus di Jakarta atau di Ibu Kota Propinsi. Pernahkah kita mengamati bagaimana panasnya suhu politik di desa-desa? Nah.. ternyata di perkampungan juga tidak kalah serunya. Bukan berlomba cerdas, melainkan para Caleg menggiring warga pemilik suara untuk menerapkan sistem baru yang sebenarnya cara kuno, salah satunya adalah politik "WANI PIRO". Sangat sulit diungkap karena tersembunyi, namun Para Caleg banyak yang memperlakukan warga dengan cara-cara pembodohan.
Di Sumatera Utara khususnya yang ditempati oleh suku Batak (all variants) juga tak kalah seru. Dalihan Natolu (Tiga Pillar Kekerabatan) dimanfaatkan untuk meloloskan seorang Caleg, tanpa harus mempertimbangkan kompetensi dan kelayakan calon yang didukung, yang penting adalah keluarga kita harus duduk. Kampanye yang belaku adalah kampanye marga, silsilah dan asal kelahiran. Jadi jangan heran bila melihat baliho hanya berisi foto calon, nama istri, nama ayah dan nama ibu calon dan itu pun hanya inisial nama misalnya Istri : D. Siregar dan Ibu : B. Simanungkalit, dan lain-lain. Pertanyaannya, apakah ini pendidikan politik yang baik?
Melihat cara kampanye yang ada saat ini, Caleg-Caleg yang ada ini seperti kurang cerdas dalam memanfaatkan media kampanye yang dimiliki mereka, padahal kalau dilihat dari latar belakang pendidikan, mereka cukup potensial. Tidak sedikit dari mereka bergelar Doktor (S3) atau S2 dan minimal S1 walaupun titel akademik memang tidak selalu menjanjikan kecerdasan.
Idealnya baliho besar yang telah mereka siapkan bisa dimanfaatkan bukan untuk memajang foto saja, melainkan untuk memaparkan pemikiran-pemikiran dan ide-ide perbaikan bagi bangsa yang mereka miliki agar masyarakat lebih memahami. Dengan hanya memasang foto, nama partai, nomor urut dan lambang partai, apakah mereka yakin akan dipilih? Hanya Tuhan Yang Tahu..
Akhirnya, mari kita sukseskan Pemilu Tahun 2014, semoga dengan berakhirnya masa pemilu ini, akan terjaring anggota legislatif yang qualified dan mampu bekerja untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang mereka wakili masing-masing, demikian juga Presiden Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H