[caption id="attachment_113374" align="alignleft" width="263" caption="Slogan Polisi Melayani, Mengayomi, dan Melindungi Masyarakat."][/caption] kemarin ketika saya sedang liburan di kampung halaman selama 1 minggu, banyak cerita yang sangat mengesankan. Berhubung minggu ini merupakan minggu tenang bagi kampus saya di Jogja, saya memutuskan untuk berlibur di kampung halaman tercinta, Indramayu, untuk berkumpul bersama keluarga dan beberapa teman baik saya. Suatu ketika, adik saya pergi jalan - jalan ke kota Cirebon bersama teman - temannya. Dia pergi ke salah satu pusat perbelanjaan, PGC (Pusat Grosir Cirebon), di kota Cirebon. Diaberencana ingin bertemu dengan Cici , seorang pemilik studio mini tempat dimana adik saya pernah PKL saat SMK. Ketika Ia keluar dari parkiran, sejenak ia berhenti tepat didepan pos polisi yang letaknya persis didepan pintu keluar PGC. Ia hanya ingin menoleh ke belakang, menunggu teman - temannya yang masih di belakang. Namun sesaat kemudian tiba - tiba datang seorang polisi berpenampilan garang menghampiri adik saya. "Selamat siang Mbak?". Sapa Polisi tersebut pada adik saya. Sesaat kemudian adik saya dibawa ke pos polisi yang ada disamping pintu keluar PGC. Adik saya bingung dan terheran - heran. Dalam hati Ia berkata, "sebenarnya apa kesalahan saya?" Dan ketika berbincang - bincang dalam pos polisi, ternyata baru diketahui bahwa menurut Polisi tersebut kesalahan adik saya hanyalah telah mengganggu kelancaran lalu lintas dengan berhenti di depan pintu keluar. Memang letak PGC persis berada dipinggir jalan raya Siliwangi, Cirebon. Tapi apakah masuk akal apabila hanya kesalahan sekecil itu diberikan surat tilang? Pak Polisi tersebut tanpa basa basi langsung menulis surat tilang untuk adik saya. Sembari menunggu Pak Polisi yang tengah menulis, adik saya mencoba menelfon Orang Tua di rumah untuk menanyakan jika Ia baru saja kena tilang di Cirebon. Alih - alih menasehati, justru Polisi tersebut memarahi adik saya yang tengah menelfon. "Ngapain kamu telfon - telfon?? Matiin dan taroh lagi hp nya!!" Polisi tersebut berteriak sambil membentak adik saya dengan memasang wajah garangnya. Mungkin Polisi tersebut curiga kalau adik saya mencoba untuk menelfon Oknum Polisi lainnya. Adik saya pun merasa ketakutan dan tidak berani berkata apa - apa lagi. Ia hanya berkata, "Pak, kasihani saya. Saya baru lulus SMK. Saya juga nggak tahu kalo berhenti disitu itu nggak boleh". Sambil menangis adik saya meminta keringanan kepada polisi tersebut. Tapi polisi tersebut seolah acuh tak acuh dan justru mengambil kesempatan dari rasa takut adik saya. "Itu salah kamu. Jadi saya harus kasih kamu surat tilang. Mau sidang atau nitip? Kalo sidang, STNK tunda di sini!" Pak Polisi itu menawarkan solusi untuk adik saya. "Sebenernya kamu bisa kena 250 ribu! Tapi saya kasih keringanan, kamu bisa bayar 100 ribu saja" kata polisi tersebut. Adik saya pun hanya bisa pasrah dan terus menangis. Dan akhirnya adik saya hanya membayar uang sebesar 75 ribu kepada polisi tersebut. Pantaskah polisi bersikap demikian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H