Mohon tunggu...
Amran Rusid
Amran Rusid Mohon Tunggu... -

Graduated from University of Indonesia, University of Edmonton, Canada & University of Wollongong, Australia. Dosen Fakultas Ekonomi , jurusan Management & Tehnik Industry, Universitas Trisakti. Ketua Yayasan Sahabat Museum.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Halmahera-Morotai Day-1: Preparation, Departure, Arrival

5 Desember 2012   00:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:11 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Plesiran Tempo Doeloe
Halmahera-Morotai Day-1: Preparation, Departure, Arrival

Sabtu 23 Oktober 2009

Pengantar

PTD (Plesiran Tempo Doeloe) yang diadakan oleh komunitas Sahabat Museum ke wilayah Indonesia Bagian Timur kali ini ke Halmahera-Morotai, adalah PTD yang ke-5 kalinya setelah sebelumnya diadakan 1 kali ke Makassar - Tana Toraja (2006), 2 kali ke Ambon - Banda Neira (2007-2008), 1 kali ke Manado - Bunaken - Tondano - Tomohon (2008), dan merupakan PTD ke Luar Kota yang ke-20 atau yang ke-84 kali secara total di seluruh Tanah Air tercinta ini. Kalau tidak ada hal-hal yang menghambat atau diluar kemampuan kita, maka Sahabat Museum akan terus mengadakan PTD mulai dari ujung pulau Sumatera di Sabang, sampai ke ujung timur di Merauke, bahkan ke Boven Digoel!

Bukan suatu ambisi yang berlebihan dari komunitas Sahabat Museum yang bekerja boleh dikatakan nyaris sendirian dan pada waktu-waktu tertentu baru dibantu oleh rekan-rekan dari berbagai profesi (menjelang hari D-Day pelaksanaan), yang mencintai sejarah dan non-profit pula, serta nyaris tanpa modal dan hanya mengandalkan tekad dan nekad, namun kalau tekun mengelolanya dan dengan kerja keras dan bantuan beberapa pihak yang sama-sama mencintai sejarah Tanah Air, maka ambisi ini Insya Allah akan terwujud. Kami pada awalnya juga agak-agak mikir-mikir sekaligus tertantang untuk bisa melakukannya, mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada, baik di Jakarta maupun di daerah terutama daerah Indonesia Bagian Timur, yang oleh Pemerintah disebut sebagai Daerah Tertinggal, sehingga dibentuk satu Departemen yang sekarang dikenal sebagai: Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal. Kami melakukannya dan akan terus melakukannya, dan kami berhasil, tentu saja selain rekan-rekan seperti yang disebutkan diatas, juga bantuan dari networking kami di daerah-daerah yang akan dikunjungi yang menurut kami sangat membantu antara lain dari kawan-kawan kami yang se-idea seperti BWS (Badan Warisan Sumatera) di Medan, BHS (Bandung Heritage Society) di Bandung, Kopi Semawis di Semarang dan banyak komunitas lainnya serta bantuan dari Dinas Pariwisata Pemda setempat.


Preparation to Departure


Hari Jumat tanggal 22 Oktober 2010 malam tepatnya sebelum midnight, para peserta PTD berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta terminal 1C. Pesawat Batavia Air yang akan menerbangkan kami berangkat pukul 01.30 dinihari tanggal 23 Oktober. Mengingat banyaknya barang bawaan peserta, disertai oleh persediaan Life-Jacket yang juga kami bawa yang jumlahnya sebanyak 100 buah (80 buat panita + peserta, 20 lainnya buat cadangan, kalo misalnya ada rusak), maka diperlukan waktu yang cukup lama untuk urusan check-in. Pengalaman terdahulu waktu PTD Ambon - Banda Neira ke-2 (tahun 2008), dan juga pada waktu PTD Makassar - Tana Toraja menjadi pelajaran buat kami dimana ada peserta kami yang keliru membaca jadwal sehingga hampir ketinggalan pesawat.

Panitia PTD dari Jakarta kali ini ada 8 orang, yaitu: Pak Amran, Bu Wisda, Adep, Ninta, Yosef, Indra, Anna, dan Bobby yang tiba di Terminal 1C terlebih dahulu, dan kemudian secara hampir bersamaan ke-66 peserta yang ikut dengan Batavia Air telah tiba sebelum pukul 23.00 malam. Peserta PTD kali ini disamping muka-muka lama seperti Mbak Ria, Mbak Ninik (Mama Oen), Iye, Ida, Nani, Nanis, Endah, Sri, Peni, Sienny, Shinta, Vivi, Indie, Yati, Intan, Rina, Nadia, Evi, Anny, Utari, Shita, Yuke, Revni, Dako Cian, Suri, Lutfi, Markus, Rudi, Roni, Ery, Zidan, Oma Anna, Oma Yanti, Oma Grace, Bu Tati, Bu Nur, Pak Wahyudi dan isteri, juga terdapat banyak sekali muka baru terutama yang berhasil dikompori oleh Oma Grace seperti Pak Teguh dan isteri, Pak Suwandi dan isteri, Bu Lusiana, Bu Julia, Oma Daisy. Ada juga Pak Bambang dan isteri yang diajak putrinya Peni, Pak Lokas bersama istri dan putranya Bob, Oma Nellie, Dela, Tari, Didith, Retno, Bu Tiwin, Yovi, Mega, Oma Yekti, Oma Rini, Mas Ossy, Wicaksono, Utomo, Bu Vera, Tuty. Beberapa peserta karena berbagai alasan menggunakan pesawat lain seperti Garuda, Sriwijaya Air ,dan sampai di Ternate pada hari yang sama akan tetapi beda jam kedatangan.

Pesawat Batavia Air berangkat agak terlambat ½ jam dari jadwal semula, dan di pesawat hampir semua peserta tidur karena kelelahan dan sudah larut malam. Akan tetapi belum lagi tidurnya nyenyak sudah dibangunin oleh Mbak-Mbak Pramugari untuk Makan Malam atau tepatnya makan dinihari berupa nasi kotak, sirop, kopi/teh dan aqua gelas (makan berat). Lumayan untuk ganjel perut yang sudah kosong agar tidak masuk angin. Maklum perjalanan PTD kali ini adalah PTD yang terberat medannya dan perlu stamina yang prima dari seluruh peserta. Pukul ½ enam pagi atau pukul ½ delapan local time pesawat mendarat mulus dan semua peserta turun dari badan pesawat. Bukannya langsung ke Terminal Bandara Sultan Babullah Ternate, tetapi banyak peserta mulai foto-foto, sehingga terjadi kejadian lucu, yaitu kita-kita yang berfoto ria sempat `diusir' petugas bandara karena sebuah pesawat Sriwijaya Air mau berangkat dari apron menuju runway. Minggir, minggir, ...pesawat mau lewat. Semua berlarian seperti dikejar Satpol PP sambil ketawa-ketawi. Di terminal sudah menunggu panitia lokal, Dina, Budi, Ama, Pak Aziz Oran-je dan 4 buah bus ber-AC dan seterusnya dibagikan Nasi Kuning khas Ternate untuk sarapan.


Hari ke-1, Sabtu 23 Oktober 2010

Selesai sarapan, PTD sudah dimulai karena check-in di Hotel Boulevard adalah pada pukul 12.00 siang, dengan mengunjungi lokasi pertama ke tepi pantai yang kami namai sebagai View Uang Seribuan, seperti gambar yang tertera pada uang kertas Rp.1000, yang beredar sekarang ini dan telah dicetak menjadi poster seperti uang raksasa karena panjangnya 1 m x ½ m . Selesai mengabadikan foto yang mirip dengan uang kertas seribuan tadi, rombongan bergerak ke Benteng Kalamata yang sering dikenal sebagai Benteng Santa Lucia, yang berlokasi di bibir pantai di sebelah selatan pusat Kota Ternate. Benteng ini dibangun Portugis pada tahun 1540. Makan siang di RM Muslim Manado Baghdad dengan menu serba ikan, sayuran dan sambel dhabu-dhabu, dan diselingi dengan minuman favorit yang dipesan masing-masing peserta. Check-in di hotel dan setelah pembagian kamar maka sebagian peserta pada istirahat dan sebagian lagi jalan-jalan ke Mall yang terletak diseberang hotel. Makan malam di RM. Sun Boga. Selesai makan malam diadakan Ice Breaking, perkenalan para peserta terutama bagi peserta baru dan kembali ke hotel untuk tidur mempersiapkan tenaga untuk petualangan di hari-hari selanjutnya. Namun ada juga yang nekat pintong (pindah tongkrongan).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun