Plesiran Tempo Doeloe
Ternate-Tidore Day-1 : Batu Angus, Danau Tolire, Benteng Tolukko, Benteng Oranje, Benteng Kalamata, Pantai Seribuan
Kamis 19 Nopember 2009
Selesai mengurusin bagasi para peserta yang disambut oleh panitia lokal: Dina, Ama, Budi dan Pak Aziz dari Dinas Pariwisata Maluku Utara (Malut), peserta menuju bus yang sudah disediakan dengan dibagikan sarapan nasi kuning khas Ternate yang cukup gurih yang kami santap didalam bus. 3 bus disediakan oleh panitia lokal yang untungnya berAC walaupun Acnya tidak begitu dingin. Namun demikian karena kami menyadari berada di Ternate yang jauh dari hiruk pikuknya kegiatan pariwisata maka kami maklumi saja dengan sedikit menahan komplain. Tepat pukul 08.00 pagi kami memulai Plesiran Tempo Doeloe dengan mengunjungi obyek pertama yaitu Batu Angus.
Batu Angus
Batu Angus yang terletak 17 km dari Ternate yang dulunya merupakan lokasi aliran lava yang membeku dan berwarna hitam yang terdapat di suatu kawasan yang cukup luas, terletak dikiri kanan jalan raya kearah Pantai Sulamadaha, tidak jauh dari bandara. Semua peserta dari 3 bus yang membawa kami serempak turun dan dimulailah perkenalan antar peserta, yang tadinya banyak yang belum kenal satu sama lainnya dan diikuti dengan foto-foto. Udara pagi itu cukup sejuk karena baru saja hujan berhenti. Pak Aziz pemandu kami dari Dinas Pariwisata Propinsi Maluku Utara menceritakan tentang sejarah terjadinya Batu Angus dimana lava yang sudah membatu dan berwarna hitam berasal dari muntahan kawah Gunung Gamalama yang meletus pada tahun 1608. Batu-batu berwarna hitam dan dengan ukuran yang besar sampai membentuk suatu hamparan yang luas sekali. Kami membayangkan betapa dahsyatnya dan mengerikan letusan gunung api tersebut, aliran lava panas, kepanikan warga disekitar lokasi tersebut. Namun lamunan dan bayangan masa silam tersebut lenyap seketika karena menyaksikan indahnyapemandangan ke arah Pulau Hiri dan pulau sekitarnya serta lautnya yang tenan membiru, menambah kekaguman kami di awal plesiran. Selesai urusan potret memotret rombongan Batmus bergerak ke arah utara menuju Danau Tolire.
Danau Tolire
Hanya berjarak sekitar 3 km dari Batu Angus kami sampai dikawasan wisata alam yang unik yaitu Danau Tolire Besar. Kawasan ini dikembangkan oleh Pemda setempat sebagai tempat wisata yang telah ditata dengan membuat taman dan tenda-tenda bagi pengunjung. Danau Tolire ini merupakan danau vulkanik yang dalam dan terjal yang katanya banyak dihuni oleh buaya misterius. Menurut cerita masyarakat setempat pada saat Perang Dunia ke-2 sebuah pesawat milter pernah jatuh ke danau tersebut dan hilang lenyap tak ada bekasnya. Curamnya tebing danau ini sehingga tidak memungkinkan pengunjung untuk sampai kepinggir danau. Beberapa anggota rombongan berusaha menyusuri jalan setapak untuk turun ke dekat danau, namun tidak ada yang sampai ke dekat danau karena alamnya menyeramkan dan terkesan angker. Puas berfoto ria pejalanan dilanjutkan dan kali ini menuju ke hotel untuk beristirahat karena banyak peserta sudah kelelahan. Hotel tempat kami menginap selama di Ternate adalah hotel Amara Internasional berbintang 4 yang mewah dengan pemandangan menghadap kedua arah ke Ternate dan ke Tidore.
Selesai istirahat, mandi dan Sholat Dzuhur di hotel, kami menuju ke tempat makan siang di Rumah Makan Islam Manado bernama Baghdad yang terkenal dengan masakan serba ikannya yang uenak tenan. Rumah makannya sih sederhana saja, tapi makanannya itu loh yang kata peserta top banget. Tidak berlama-lama di rumah makan tadi, kemudian kami bergerak lagi ke tempat pelesiran berikutnya yaitu ke Benteng Tolukko.
Benteng Tolukko
Benteng Tolukko terletak tidak jauh dari Keraton yang kondisinya masih terawat baik. Benteng tua peninggalan Portugis yang dibangun di abad ke-6 ini memiliki tinggi sekitar 6 meter dengan arsitektur batu yang sangat menawan. Banyak peserta memasuki benteng melalui dinding batu dan didalamnya ditemukan bangunan utama yang letaknya agak tinggi. Jalan masuk ke benteng tersusun dari batu persegi yang berjajar menuju ke atas dan di kanan kirinya dibuat taman yang indah. Di belakang bangunan utama benteng adalah tempat strategis bagi teman-teman untuk mengambil foto dengan latar belakang pemandangan alam yang mempesona karena hampir seluruh bagian kota Ternate terlihat jelas hingga ke garis pantainya. Waktu kami berada di benteng Toluko ini matahari bersinar terik sekalisehingga pada waktu Pak Liliek memberikan penjelasan mengenai benteng ini sempat di payungi oleh Yenny bak selebritis. Puas menikmati pemandangan yang indah disini, plesiran dilanjutkan dan kali ini menuju ke Benteng Oranje.
Benteng Oranje
Lokasi Benteng Oranje ini terletak di kota Ternate didirikan oleh Cornelis Matelif de Jonge pada tahun 1607 dan selesai tahun 1609. Benteng ini berasal dari sebuah benteng tua yang didirikan oleh orang Melayu dan diberi nama Benteng Melayu. Pada tahun 1609 orang Belanda mengadakan perjanjian dengan Sultan Ternate untuk memperbaharui dan memperkuat perjanjian antara Matelif de Jongedan Sultan Ternate di Benteng Oranje ini. Bangunan benteng berbentuk segi 4. Meriam-meriam diletakkan diatas tembok dikelilingi parit yang kering dan dalam serta pada bagian timur yang mengarah ke laut terdapat pintu gerbang. Di belakang benteng terdapat asrama, rumah kediaman para gubernur jenderal Belanda yang pada saat kami masuk ke dalam benteng, rumah kediaman gubernur tersebut dijadikan Kantor Dinas Pariwisata Kota Ternate dan asrama dijadikan tempat tinggal keluarga kepolisian dari kesatuan Brimob. Acara foto bersama dengan bentangan spanduk Plesiran Tempo Doeloe dilakukan di lapangan tengah Benteng Oranje yang luas. Kesan kami benteng ini cukup megah hanya pemeliharaan dilingkungan benteng yang kelihatan kurang terawat dan banyak dinding batu yang copot sepertinya dibiarkan saja dan rumput tumbuh dimana-mana. Di depan benteng pada masa lalu terdapat dermaga/pelabuhan, namun saat ini sudah dipenuhi pertokoan, pasar, terminal dan para pedagang kaki lima. Benteng Oranje yang berbentuk segi empat mempunyai 4 bastion (tempat pertahanan yang kokoh). Di dalam benteng terdapat 4 jalan menuju ketempat-tempat pertahanan dan terdapat pula sebuah lorong yang konon katanya kebal terhadap tembakan meriam. Hampir 1 jam kami diBenteng Oranje, perjalanan dilanjutkan ke Benteng Kalamata.
Benteng Kalamata
Berjarak 5 km dati Benteng Oranje terdapat sebuah benteng bernama Benteng Kalamata atau nama lainnya adalah Benteng Santa Lucia atau juga disebut Benteng Kayu Merah. Didirikan oleh Portugis pada tahun 1540 dan kemudian dipugar oleh Belanda pada tahun 1609. Benteng ini berlokasi di tepi pantai dan pada waktu kunjungan Batmus terlihat sudah banyak berdiri rumah dan bangunan umum yang cukup mengganggu keasrian benteng. Beruntung kondisinya sekarang sudah lumayan bagus karena telah dipugar oleh Pemerintah dengan dilengkapi taman yang cukup bagus.
Pantai Seribuan
Dari Benteng Kalamata ini kami melanjutkan perjalanan ke sebuah pantai yang kami namakan sendiri sebagai Pantai Seribuan, karena gambar pantai ini tertera pada Uang Seribu Rupiah yang beredar saat ini. Hari sudah menjelang sore ketika kami sampai di pantai ini. Pemandangannya dari tepi pantai menghadap ke Pulau Maitara dan Pulau Tidore yang cantik dan mempesona dan hampir semua peserta plesiran mengabadikan pemandangan pantai ini yang hasilnya sangat mirip dengan gambar yang terpampang di Uang Seribuan tadi. Pantai ini sebenarnya juga disiapkan Pemda setempat sebagai tujuan wisata. Hanya saja jalan menuju pantai dari jalan raya tempat bus kami parkir, walaupun sudah di aspal dengan lebar hanya 1 meter saja, akan tetapi sudah mulai banyak yang rusak dan aspalnya banyak yang mengelupas, disamping pasir pantainya yang kotor dan tidak terpelihara. Tidak lama di pantai ini rombongan kemudian menuju Rumah Makan Floridas untuk makan malam. Hampir pukul 8 malam kami kembali ke hotel dan beristirahat. Namun sebagian peserta melanjutkan pintong untuk berkaraoke ria sampai larut malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H