Piala AFF U18 baru saja selesai,meski Timnas Garuda gagal memboyong piala ke bumi pertiwi, penampilan heroik anak asuh Indra safri benar benar mengundang decak kagum, mencetak 26 gol sepanjang turnamen membuat Timnas U18 menjadi tim tersubur bahkan tim tuan rumah pun jadi korban keganasan pasukan garuda, Myanmar dibantai 7-1 pada pertandingan perebutan tempat ketiga.
Kegemilangan pasukan garuda ini tak lepas dari performa nan luar biasa dari seoarang anak muda yang bernama Egy Maulana vikri yang berhasil mengemas 8 gol sekalgus menempatkan dirinya sebagai top score turnamen, jumlah gol Egy sejalan dengan penampilan di atas lapangan, minus pertandingan versus vietnam Egy nyaris sempurna, gocekannya, golnya, asistnya selalu memberi warna berbeda disetiap pertandingan Timnas, tak salah memang jika bung jebret menjulukinya egy messi kelok sembilan.
Kini setelah Piala AFF U18 berakhir, timbul pertanyaan kemanakah Egy MV akan melanjutkan karir profesionalnya, Liga 1 kah ?, atau Egy akan melanjutkan karir ke klub elit di luar Indonesia ?. Â
Pertanyaan ini muncul bersamaan dengan kekhawatiran banyak pecinta sepakbola tanah air akan menurunnya performa Egy jika salah memilih jalan saat dia terjun menjadi pemain profesional, kekhawatiran ini sangat beralasan mengingat banyak contoh pesepakbola muda Indonesia yang layu sebelum berkembang.
Masih hangat dalam ingatan bagaimana di era timnas U19 asuhan Indra syafri jilid pertama selain Evan Dimas ada nama yang tak kalah hebat kala itu seperti Zulfiandi yang sempat dijuluki sergio busquet Indonesia, penampilan terbaiknya ketika Timnas secara luar biasa mengalahkan Korsel di kualifikasi piala Asia U19, tapi setelah itu karir Zulfiandi menghilang bak ditelan bumi, Â ada lagi nama Maldini pali ketika di timnas U19 tampil sangat luar biasa dengan gocekan maut di sayap kanan menusuk kotak penalty lawan, tapi selepas Timnas U19 Maldini pali benar-benar menurun jangankan menjadi bintang besar Indonesia untuk mendapatkan posisi starting eleven di klub saja Maldini pali kesulitan, di generasi Timnas U19 sebelumnya ada juga nama yang digadang-gadang akan menjadi bintang besar yaitu Samsir Alam, tapi kenyatannya berkata lain karir sepakbola Samsir Alam benar benar redup, kemampuam olah bola nya hilang tak berbekas.Â
Masih banyak nama lain yang bersinar di kala muda tapi hilang ketika memasuki karir profesional, Irvan museng eks top skor Danone cup, Eriyanto yang di puji-puji saat menjuarai turnamen junior di Milan adalah contoh lain bakat muda yang gagal berkembang.
Contoh diatas menunjukan begitu banyak bakat hebat Indonesia yang menjadi terbuang sia-sia, salah satu penyebab bibit-bibit hebat ini layu adalah akibat salah jalan dan salah asuh ketika memasuki karir profesional, setajam apapun pisau akan tumpul jika sang tuan tak mampu mengasah dengan baik.
Berkaca dari hal tersebut tentunya semua pecinta sepakbola tanah air tidak mau kejadian serupa menimpa pemain-pemain muda Timnas U18 terutama kepada Egy Maulana Vikri, negara ini akan sangat menyesal jika bakat sehebat Egy memudar akibat salah jalan dan salah asuh, oleh karena itu PSSI sebagai penanggung jawab sepakbola tanah air harus benar benar serius memikirkan dan menyelamatkan masa depan anak muda terbaik bangsa ini, PSSI harus menjadi seorang  "ayah" menunjukan jalan yang benar kepada anaknya dan mencari guru yang tepat untuk mengasah kemampuan agar tetap tumbuh dan mengharumkan nama Indonesia di kancah sepakbola dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H