Mohon tunggu...
Muh Amran Amir
Muh Amran Amir Mohon Tunggu... profesional -

Jujur, Sederhana, Hemat dan Bersahaja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yayasan Rimbawan Bujang Lapuk (YRBL) 2

1 September 2017   00:41 Diperbarui: 1 September 2017   01:43 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Ketika Kebersamaan Itu Masih Ada

Meski ruang dan waktu telah berlalu dan memisahkan, namun aroma kebersamaan yang pernah terajut bersama kini masih terasa. Terasa saat kawan kawan mereview kebersamaan itu lewat komunikasi via media sosial Facebook  dan Whats App.

Candaan, Guyonan, bahkan ejekan saat itu kini muncul kembali, meski dengan nuansa yang berbeda. Berbeda karena jarak, berbeda karena waktu, berbeda karena kondisi dan status. Meski berbeda tapi hal itu menjadi sebuah hiburan diri.

Wajah wajah yang dulu menghiasi angkatan 99 kini masih berseri dan tak pudar, seolah awet seawet canda kawan kawan.

KEBERSAMAAN YRBL adalah sebuah kebersamaan yang aneh menurut penilaian orang orang kampus Tadulako kala itu, pergerakan berlangsung tahun 1999 hingga akhir 2009. Wajah Aneh dalam kebersamaan diwarnai dengan Idealisme yang mendalam.

Kita berbuat dari segala sisi ruang, mulai dari Kerimbawanan, Ekonomi, Bisnis, Budaya, Seni dan Mistis pun kita lakoni, itu semua karena Kebersamaan, meski ada kawan kawan yang sedikit rada rada Meraju, namun tak sampai dihati, bahkan sempat saling sikat, saling lempar kursi dan adu jotos, tapi semua itu berakhir dalam kebersamaan.

Kita mungkin saling merindukan, dan bertanya kabar akan keberadaan kita, dan mungkin ada yang merasa gengsi untuk bertemu tapi itu semua tak perlu dihiraukan, karena kita masih bersama.

Saat dinding FB dan WA dihiasi  foto foto masalalu, kita pasti tertawa dan mengenang masa yang indah itu, karena foto foto itu adalah pembuktian sejarah kita, masalalu kita masa lalu yang pernah bersama dalam kebersamaan.

Kita mungkin tak lagi mampu membayangkan, atau bahkan jijik dengan kondisi kita kala itu, saat dikantin, saat di tengah rimba dan saat melakukan kegiatan, kita minum kopi segelas dengan ramuan puluhan mulut baik laki maupun pperempuan, bercampur aduk dalam nuansa racikan kebersamaan, begitupun saat makan.

Kondisi itu mungkin tak berlaku lagi, dan mungkin bahkan saya yakin racikan kebersamaan dalam bingkai tersebut hingga saat ini tidak menimbulkan efek negatif melainkan efek positif secara sosial, saya yakin kita saling merindukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun