Mohon tunggu...
Amrsmjtk Yhs
Amrsmjtk Yhs Mohon Tunggu... profesional -

Haktivah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hakekat Natal dan Debat Agama yang tak Berujung

23 Desember 2013   23:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Natal merupakan penghormatan, sekaligus perayaan ucapan syukur kepada sang Sabda, oleh ke-cintaanNyalah kepada umat manusia,  sehingga Dia rela memberikan anakNya yang tunggal menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia.  Kesediaan Allah masuk ke dalam ruang duniawi,  semata-mata hanya oleh karena belas kasih Tuhan Allah,  sekaligus memberi jalan damai antara Allah dengan manusia.  Sejak manusia jatuh kedalam dosa, kutuk itu  menjadi jurang pemisah kekudusan Tuhan dengan umat ciptaannya, maka melalui kelahiran anaknya yang tunggal (Yesus Kristus),  kutuk dosa itu dipatahkan. Berkat kelahiran Mesiah sang juru selamat, manusia menjadi berarti bagi Tuhan, sehingga hanya melalui Dialah,  manusia sampai dengan saat ini  dapat membangun hubungan baik dengan Allah yang Maha kudus.

Sang pembawa damai sejati itu adalah Yesus Kristus, peringatan kelahiran-Nya akan kita rayakan di hari Natal tahun ini,  umat kristiani terpanggil untuk meneruskan karya pembawa damai itu melalui perbuatan nyata.  Sehingga  menjadi perantara dalam mengajarkan kasih yang bersumber dari Yesus kepada orang lain, kelak hidup kita akan lebih  bermakna dihadapan Tuhan dan lebih berguna bagi umat manusia,  sesuai dengan kehendakNya.

Menebarkan damai hanyalah mungkin terjadi jika kita memiliki sikap rendah hati, penuh kasih kepada seluruh umat ciptaan Tuhan. Orang Kristen adalah ibarat sebuah jalan yang senantiasa dilalui orang, setiap makluk ataupun benda. Ketika jalan itu dilewati, maka akan ada yang menginjak,  mengotori,  terkadang merusak.  Namun jalan itu tetaplah jalan,  berfungsi untuk menghubungkan daerah yang satu dengan daerah lain, menghubungkan kota  satu dengan kota yang lain.  Terkadang jalan  itu menanggung beban yang sangat berat dan  melebihi kemampuannya.  Gambaran ini menjadi sebuah kiasan tentang sifat dan prilaku orang kristen,  dan sifat seperti inilah yang dikehendaki Yesus;  melalui kerendahan dan ketulusan hati, kita dituntut agar mampu menyalurkan rahmat dan kasihNya kepada seluruh umat manusia.

Ada banyak hal yang dapat kita lakukan sehingga Firman Tuhan nyata dan berbuah dalam hidup,  serta berguna dalam sistem keragaman (pluralisme) kehidupan sehari hari, tanpa menuai konflik.   Yaitu dengan cara;  menghilangkan prasangka dan saling curiga,  sebab seperti ada tertulis dalam Injil  ;  Jadi dari buahnyalah kamu mengenal mereka dan  dari buahnyalah kita bisa mengenal pohonnya,  sebab tidak mungkin seseorang akan memetik buah anggur dari semak duri, ataupun memetik buah ara dari rumput duri,  pohon yang baik pasti menghasilkan buah yang baik,  sedangkan pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik.

Saat ini hampir dapat dipastikan bahwa setiap menjelang natal, selalu ada perdebatan yang mendatangkan kecemasan, terkadang perdebatan itu menjadi polemik yang berkembang dan panjang seiring dengan berjalannya waktu. Debat perlu tidaknya umat agama lain mengucapkan Selamat Natal telah menjadi perguncingan panas baik didunia maya maupun dalam kehidupan sehari hari penganut umat beragama.

Padahal Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah resmi mengeluarkan Fatwa bagi pemeluknya, berkaitan dengan larangan untuk mengucapkan Selamat hari Natal kepada umat agama lain.

Dalam alam demokrasi dan sebagai umat Kristiani, kita harus menghargai keputusan tersebut sebagai salah satu penghormatan kepada pemeluk agama lain, bahwa ada yang sakral dan hakiki dan sudah barang tentu wajib dipatuhi oleh penganutnya. Disini kita harus  berjiwa besar dan harus memahami, bahwa keyakinan kita tidak dapat dipaksakan kepada pemeluk agama lain.

Umat Kristiani tidak perlu masuk dalam ranah keputusan tersebut, sebab keputusan sudah dikeluarkan oleh para ulama yang notabene sangat dihormati umatnya dan tentu pemahaman keagamaan dan keilmuan masing masing tidak diragukan lagi.  Orang Kristen harus mampu menghargai keputusan itu dengan baik dan bersikap bijak dengan penuh kerendahan hati.  Maka ketika kita dapat menerimanya, keraguan dan prasangka buruk , sejatinya akan hilang. Bilamana ini terwujud maka akan terciptalah kerukunan dan saling memahami antar umat beragama sesuai dengan ajaran kasih yang dibawaNya.

Umat Kristen tidak perlu meminta atau bahkan mendesak penganut agama lain untuk hanya mengucapkan Selamat Natal kepada kita, dengan dalih menjunjung kebersamaan dan saling menghormati antar pemeluk umat beragama.
Kebersamaan dan kerukunan itu memang sangat penting dan berlaku secara universal.  Namun umat Kristiani tidak boleh memaksakan kehendak kepada agama lain, apalagi  kelak akan  melanggar aqidah, fatwa, keyakinannya,  demi untuk menghormati kita.

Jikapun ada yang mengucapkan selamat, sampaikanlah ucapan terimakasihmu dengan sepenuh hati, jika tidak ada bukanlah menjadi persoalan besar, toh umat Kristiani tetap dapat merayakan natal dengan penuh suka cita dan damai sejahtera, meskipun tidak ada ucapan Selamat Natal dari umat beragama lain.

Kita senantiasa harus lebih  menahan diri,  dengan merenung arti dan makna hidup serta memuliakan keagungan Tuhan.  Umat Kristiani harus sadar bahwa perbedaan itu memang nyata ada, namun perbedaan bukanlah  menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan sebagai makluk humanis,  maupun ketika kita ingin berinteraksi sosial dengan umat agama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun