Mohon tunggu...
Rahman Priyono
Rahman Priyono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Para Perusak Kultur Timur

30 Maret 2015   17:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:47 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

waktu berputar tak mau berhenti hidup ini harus di nikmati,kadang ada suka dan juga duka namun kultur budaya adalah etika dan cara kita meletakkan diri dan jati diri sebuah bangsa.Tentu memulai dari sebuah budaya dan sudut pandang logika yang selalu mencerminkan budaya sebuah tradisi di mana kita berada,kebehnikaan dan peradaban bukan beban tapi sebuah ciri khas daerah atau bangsa. Suatu perjalanan dari kisah kehidupan di jalan yg kami temui dengan melihat,memperhatikan dengan sudut pandang alam dan budaya yg di ubah dan berubah.sepulang dari sebuah pertemuan dan bisa dikatakan kumpulan komunitas kompasiana yang di motori Bank Indonesia di jalan pahlawan kota surabaya,tepatnya pukul: 15.11 WIB.kami bubar dan berakhirnya pertemuan gerakan nasional non tunai GNNT di Bank Indonesia,dengan membawa ilmu dan pengalaman yg di sampaikan para pembicara dari BI dan Kompasian saya bersama istri menuju jalan dan menyeberang ke halte menanti bis kota menuju terminal Purboyo atau di kenal dengan bungurasih surabaya.bersama dua orang teman kami menaiki bis kota jurusan terminal bungurasih dengan seri jalur P5, ada pemandangan yang indah dan mebikin ketawa disaat panasnya di dalam bis kota.sepasang manusia duduk di depan kami berjarak dua kursi di depan kami,dengan tak ada rasa malu dan tak mau melihat siapa dan di mana mereka berada?...seorang bapak-bapak memeluk seorang wanita yg terpaut jauh umur nya di lihat dari raut wajah dan kerutan kulit dari sang bapak yg mulai tua rentah...bapak sekitar umur 65th dan ibunya sekitar 38th.saya dan teman memperhatikan mereka yg begitu mesra mengumbar canda dan manja kadang si ibu bersandar di dada bapak yang terlihat keriput tua dari rawut wajah memegang pundak si ibu dan si ibupun begitu manja dalam pelukan bapak,dari kisah kaca mata kami berempat kami mulai menarik kesimpulan dari gelagat mereka jelas mereka adalah pasangan selingkuh dan jelas mereka bukan suami istri kami tarik kesimpulan seperti itu,kalau suami istri jelas gak pamer mesra dan kalaupun kangen gak mungkin begitu tingkah lakunya.sambil gemetaran si bapak pegang pundak ibu tersebut sambutan mesrapun di balas dengan sandaran manja sang ibu di dada sang bapak...kami ketawa kayak anak baru jatuh cinta saja?.entah apa yang mereka bicarakan entah apa yg mereka ucapkan kami selalu memperhatikan gerakan badan dan sambutan peluk kemesraan yg terjadi...?

inilah perusak moral!,perusak budaya!,dan yg jelas menurut kami mereka sudah di ambang perzinahan.tapi kita bukan orang peduli juga bukan orang yg gak mau peduli?...mengapa? kita dalam bis kota kita lagi di jalan raya,apa mau mereka dan apapu tingkahnya itu hak mereka walau cermin moral tak lagi di pegang oleh mereka!.kita bangsa yang berbudaya,budaya sopan dan santun. Tapi mana santun mereka? mana nilai kesopanan mereka? kami tak lagi di anggap ada dan kami di tiadakan dari pandangan mereka!.pengubah kultur budaya kita justru para penikmat cinta sesaat dan pengumbar nafsu jalanan,apa kata generasi muda pemegang estapet budaya timur kalau yg umur 65th sudah tak mampu memberi contoh sopan santun? seandainya mereka suami istri juga apa pantas mereka bertindak dan berbuat seperti itu di dalam bis kota?.betapa para rusaknya moral dan etika kita,sampai saat ini saya masih berusaha mempertahankan kultur budaya kita walau saya pernah hidup di tengah manusia yg tak bermoral,kita pemegang etika maka kita adalah penikmat budaya maka jangan sampai kita menikmati budaya yg bukan tradisi budaya kita dan bukan budaya kita,mari kita berjuang membangun budaya bangsa dari diri pribadi dan orang-orang di sekeliling kita.ercapainya kemakmuran kalau salah satu budaya bisa kita pertahankan dan di berdayakan di tengah zaman yg serba instan.gak ada maksud mencampuri urusan tapi berusaha menjadi penikmat kehormatan yg di dasari nilai-nilai kesopanan...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun