Iseng-iseng saya mencoba menuliskan ide penelitian yang sedang saya kerjakan, yaitu usaha menggantikan energi fosil (BBM) dengan pengembangan energi terbarukan yaitu energi angin. Untuk apa? untuk usaha intensifikasi tambak udang di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa. Salah satu usaha intensifikasi yang dilakukan tambak udang di pesisir selatan jawa , misalnya di kab. Purworejo dan kab. Kulon Progo, DIY, adalah dengan menambahkan jumlah udang yang didalam satu tambak. Untuk menambahkan udang dalam tambak tersebut petani tambak harus memperhatikan faktor utama yaitu jumlah disolve oksigen yang terkandung dalam tambak tersebut yang harus mencukupi jumlah yang dikonsumsi udang-udang tersebut.
Salah satu yang menjadi masalah mereka sebagai petani tradisional adalah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi hal tersebut yaitu menggunakan genset yang tentunya membutuhkan biaya lebih untuk bahan bakar genset itu. Mungkin anda belum mengerti untuk apa genset tersebut. Genset diperlukan untuk memutar splasher (salah satu jenis aerator) yang memutar air sehingga permukaan air yang bersentuhan dengan udara semakin luas, diharapkan dengan terjadinya hal tersebut maka kandungan oksigen terlarut dalam tambak akan meningkat. Melihat dari potensi angin yang ada pada wilayah pantai selatan Jawa tengah dan Jawa Barat, yang mencapai kisaran 5 - 6 m/s (lapan.go.id), nampaknya bukan hal yang mustahil untuk mencari pengganti bbm untuk menggerakan aerator tadi.
Kalau melihat dari spesifikasi yang dibutuhkan kincir angin untuk berputar yaitu sekitar 4 -5 m/s berarti wilayah daerah ini cocok diujicobakan sebagai wilayah penelitian untuk penggunaan energi angin. Di Pantai Kuwaru, kab. Bantul, DIY, LAPAN sebenarnya sudah membangun stasiun pemantauan dan contoh pemanfaatan energi angin untuk pengangkatan air. Melihat ini tampaknya potensi angin di pantai selatan Jawa cukup berpotensi, namun belum untuk PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu), melainkan untuk penggunaan lain seperti untuk tambak udang ini.
Untuk pemanfaatan di tambak udang, karena tujuannya untuk pemutar air, maka yang dibutuhkan adalah kincir yang menghasilkan torsi yang besar. Desain yang tepat harus dirancang sehingga kemampuan kincir angin tersebut menjadi maksimal. Salah satu kendala yang mungkin menjadi masalah adalah ketidakstabilan dari kecepatan angin di pantai, menurut data dari LAPAN angin bahkan mencapai nilai 0 m/s pada waktu tertentu, andaikan ini terjadi pada siang hari mungkin tidak menjadi masalah besar karena oksigen terlarut dapat disediakan oleh fitoplankton yang berfotosintesis, namun kalau hal ini terjadi di malam hari akan menjadi masalah karena malam hari tidak ada asupan oksigen dari faktor lain.
Mungkin dari kompasianer sekalian ada yang tertarik atau berkompeten dalam hal ini, mohon masukan dan berbagi ceritanya, dengan harapan ini tak menjadi sekedar penelitian saja tapi dapat dilanjutkan ke tahap realisasinya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H