Mohon tunggu...
Andreas Satriadi
Andreas Satriadi Mohon Tunggu... -

Saya seorang mahasiswa tingkat akhir di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sekalipun saya sekarang menuntut ilmu keteknikan tetapi saya termasuk orang yang memiliki minat dalam masalah moral dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cerita Tentang si Rambu-rambu

8 Juni 2010   14:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:40 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya tulisan ini adalah refresh kembali hal yang pernah saya pikirkan sekitar 4 tahun yang lalu.. di penghujung masa SMA saya, ketika itu saya melewati jembatan yang melintasi jalan tol di bawahnya, bersama seorang sahabat, saya melihat lalu lalang kendaraan yang melintasi jalan tol. ada sesuatu yang menarik yakni dia, si rambu-rambu lalu lintas..
Andaikan dia bisa berbicara mungkin inilah isi hatinya...

Hai manusia.. terimakasih telah membuatku sedemikian ini..
terimakasih karena aku ditempatkan disini..
sehingga aku selalu kalian sapa dengan mata kalan.. sekalipun aku tak punya mata...
sehingga aku selalu bisa membantu kalian.. sekalipun aku tak mampu bergerak...
sehingga aku selalu kalian jadikan penasihat.. sekalipun aku tak punya mulut...
sehingga aku selalu kalian jadikan petunjuk.. sekalipun aku tak punya jari...
senangnya aku selalu kalian perhatikan..
ah.. aku bodoh..
kalian perhatikan aku bukan karena aku rupawan.. tapi karena butuh aku..
siang malam aku berdiri hanya untuk kalian..
sekalipun kalian hanya melewatiku begitu saja.. aku tetap setia berdiri disini..
sekalipun kalian sering mengabaikan aku.. aku tetap berusaha menasehati kalian..
sekalipun banyak dari kalian celaka karena tak menggubris aku... aku tak mengutuk..
bahkan kalian tak memberiku teman.. temanku jauh berpuluh meter dariku..
yah.. sudahlah..
memang aku harus disini..
hingga kapanpun pasti takkan berubah nasibku..
hingga nanti kalian kotori dengan asapmu.. debu ini..
aku terkoyak dan waktunya nanti aku beristirahat.
digantikan oleh yang baru.. yang mungkin menggugat sepertiku.. tapi hanya menggugat.. tidak lebih.. dan tidak mendapat apa yang digugat..

Aneh memang, sepertinya aneh ketika saya membuat tulisan ini, hanya sekedar share ttg pikiran saya saja. Karena bagi saya ketika melihat rambu-rambu ini dari atas, ada inspirasi yang saya dapat, minimal tentang kesetiaan.Kesetiaan disini ga identik dengan seorang yang "lebih", tapi kesetiaan kita terhadap orang tua, sahabat, tanggung jawab dan sebagainya.. dan juga suatu totalitas dalam mengapresiasikan kesetiaan itu..

yah mungkin hanya imajinasi saya saja.. dan saya menikmatinya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun