Unilever adalah perusahaan yang dibangun atas dasar purpose (tujuan mulia). Purpose ialah "jantung" dari segala yang dilakukan, baik sebagai karyawan, brand, maupun perusahaan. Unilever juga memiliki strategi yang dinamakan The Unilever Compass. The Unilever Compass memiliki 3 fokus utama, yaitu:
1. Membangun planet yang lebih lestari.
2. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Berkontribusi pada masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
Masalah Penggunaan Plastik
Masalah ini bermula karena adanya kritik yang diberikan kepada perusahaan karena dianggap tidak ramah lingkungan, contohnya adalah penggunaan kemasan plastik sekali pakai yang cukup besar walaupun Unilever berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan keberlanjutan, masih memiliki celah yang perlu diperbaiki. Organisasi lingkungan seperti Greenpeace telah mengkritik Unilever atas jumlah besar kemasan sekali pakai yang dijual oleh perusahaan Unilever.
Pada 20 Juni 2024, sejumlah aktivis meminta pertanggungjawaban Unilever dalam mengambil dan mengelola kembali sampah plastik yang dihasilkan Unilever, mereka melakukan aksi mengembalikan sampah-sampah tersebut ke produsen, setelah satu minggu penuh melakukan pengumpulan sampah khusus dari Unilever. Dikarenakan menurut laporan audit merk dalam 5 tahun terakhir, Unilever merupakan salah satu perusahaan FMCG terbesar yang selalu masuk ke dalam daftar pencemar tertinggi.
"Saatnya menagih tanggung jawab Unilever, sebagai salah satu produsen FMCG terbesar di dunia, untuk serius menjalani komitmen pengurangan produksi plastik mereka, serta mendesak mereka untuk membuka peta jalan pengurangan sampahnya," ujar Ibar Akbar, Plastic Project Lead Greenpeace Indonesia.
Memangnya apa saja yang sudah dilakukan oleh unilever dalam mengurangi sampah plastik?
Langkah-Langkah yang dilakukan Unilever dalam masalah ini
1. Program Bank Sampah, Unilever Indonesia membina lebih dari 4.000 Bank Sampah di 11 provinsi. Melalui program ini, 28.317 ton sampah plastik berhasil dikumpulkan pada tahun 2023.