Lihat ke Halaman Asli

Zyd Muafa

mahasiswa

Bahasa Nusantara yang Mulai Memudar

Diperbarui: 5 Juli 2024   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi UNESCO pada 20 November 2023. Dengan demikian, terdapat 10 bahasa resmi yang digunakan dalam kegiatan atau forum UNESCO yaitu Indonesia, Inggris, Prancis, Arab, Mandarin, Rusia, Spanyol, Hindi, Italia, dan Portugis.

Guru besar ilmu kritik sastra Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Anas Ahmadi mengapresiasi langkah pemerintah yang mempersiapkan dan mengusulkan hal tersebut sehingga berhasil disetujui. Posisi bahasa Indonesia di UNESCO ini memiliki banyak nilai di antaranya diplomasi, reputasi dan legacy.

Dengan kata lain, posisi bahasa Indonesia menjadi bagian penting dari proses pengambilan kebijakan di tingkat internasional untuk mewujudkan perdamaian, keharmonisan dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Di luar prestasi dan reputasi bahasa Indonesia di tingkat internasional, ada fenomena menarik yang perlu diperhatikan bersama terkait penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan anak-anak muda bangsa Indonesia.

Fenomena bahasa yang dimaksud yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang dicampur-campur dengan bahasa lain seperti Inggris misalnya dalam percakapan sehari-hari. Menurut dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) tersebut bahwa itu merupakan bagian dari dinamisasi bahasa.

"Kalau dari aspek variasi ini menarik, anak-anak tidak hanya berbahasa Indonesia tetapi hybrid dengan bahasa Inggris. Memang ada yang bilang agar terdengar keren atau pintar. Namun, ini bisa jadi bahan riset. Atau bisa jadi ada sisi bosan anak muda dengan bahasa Indonesia itu sendiri," ucapnya.

Menurutnya, fenomena percampuran bahasa tidak dapat dimungkiri, sebab bahasa Indonesia sendiri ada yang merupakan serapan dari berbagai bahasa. Namun, di sisi lain, percampuran diksi dalam berbahasa sehari-hari berpotensi membuat beberapa kata bahasa Indonesia tereliminasi dari pemakaian bahkan dilupakan.

Dia mencontohkan, kata 'netizen' lebih dominan digunakan dalam keseharian ketimbang 'warganet'. Begitupun dengan kata 'jenama' yang asing ketimbang kata 'brand'. Begitupun dengan penggunaan kata 'download' lebih sering didengar ketimbang 'unduh', dan sebagainya.

"Intinya, dalam keseharian kita harus mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahasa asing," tandasnya.

Pada masa sekarang ini pengaruh globalisasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama pada kalangan remaja. Mulai dari gaya hidup, berpakaian, sampai bahasa yang digunakan pun banyak yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa. Banyak remaja yang malu jika menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Padahal, bahasa adalah identitas bangsa yang menjadi salah satu penghargaan bagi negara ini. Seharusnya sebagai generasi muda harus mampu menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bentuk pengabdian dan kecintaan kepada negara Indonesia.

Identitas bangsa Indonesia dapat di lihat dari bahasa, meskipun kita memiliki banyak sekali bahasa daerah masing-masing tetapi jika sudah berkomunikasi dengan orang dari daerah lain maka lebih baik kita menggunakan bahasa Indonesia agar dapat di mengerti, lebih lagi jika generasi milenial jika berkomunikasi dengan orang tua jangan sekali-kali menggunakan bahasa anak zaman sekarang yang tidak di mengerti oleh orang yang sudah tua. Karena menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sangat penting demi menanamkan rasa cinta kita terhadap bahasa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline