Lihat ke Halaman Asli

Zwetriz Perdana Betha

Autoimmune Survivor

Anak Rantau

Diperbarui: 6 Maret 2024   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Ada yang pernah jadi anak rantau? Atau, malah sudah mempunyai anak di rantau. 

Umumnya, merantau dilakukan, dan akhirnya menjadi lumrah, saat ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada di kampung halaman atau saat mencari pekerjaan.

Bagi beberapa anak, hal ini menjadi simbol kebebasan karena dianggap tidak ada pengawasan dari orangtua yang melekat. Tentu saja, bagi orangtua, kebalikannya. Akan muncul banyak rasa khawatir, yang disertai penasaran, tentang kehidupan anaknya setelah tidak lagi serumah dengannya.

Anak biasanya mengira, bahwa dengan merantau, orangtua pasti tidak mengawasi anaknya. Sebaliknya, orangtua akan seketika punya "jiwa detektif" dan akan memantau anaknya sedemikian rupa dengan cara apapun.

Kehidupan dirantau akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan nilai-nilai yang ditanamkan orangtua sejak dini. Lingkungan dirantau juga akan berkontribusi mempengaruhi sifat anak.

Itulah mengapa, biasanya orangtua akan "menitipkan" anaknya kepada orang yang bisa dia percaya, saudara atau kerabat jauh sekalipun, untuk memantau anaknya sesekali.

Tapi, tetap prinsip saling percaya dan menghargai antara orangtua dan anak yang menjadi kunci keberhasilan dirantau.

Bagaimana? Sudah punya kisah indah untuk dikenang saat dirantau?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline