Lihat ke Halaman Asli

Nazwarahma

Mahasiswa aktif Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Perguruan Tinggi Dianggap Tersier, Nasib Indonesia Emas 2045 di Tangan Mahasiswa

Diperbarui: 25 Juni 2024   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sedang ramai diperbincangkan, pernyataan Sekretaris Direktorat Kemendikbudristek terkait kuliah merupakan pendidikan tersier. Pada kenyataannya, pendidikan tersier dianggap menjadi pendorong utama bagi suatu negara untuk mencapai kemajuan dan kemakmuran. Sebab, tenaga kerja yang terampil di bidangnya akan meningkatkan kualitas inovasi dan memudahkan proses pertumbuhan negara.

Mahasiswa dianggap sebagai SDM yang berpotensi menjadi penentu masa depan Indonesia. Proses pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai oleh para mahasiswa saat di lingkungan perkuliahan, yaitu melalui kolaborasi. Kolaborasi antar bidang sains dan teknologi sangat penting dalam memajukan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di masa depan. Tidak hanya di bidang Saintek, kolaborasi juga terjadi di bidang sosial dan hukum yang nantinya berguna dalam membentuk pemerintahan yang mampu mengatur norma yang berlaku dan menjaga kesejahteraan masyarakat. 

Dapat kita lihat beberapa contoh kolaborasi yang dilakukan oleh civitas akademika di dunia perkuliahan, antara lain kegiatan pengabdian masyarakat, praktikum keilmuan, penelitian, penulisan karya ilmiah, pengembangan inovasi ilmiah, dan sebagainya. Kita juga telah mengenal banyak program kolaborasi Kampus Merdeka yang dapat diikuti oleh mahasiswa, seperti Magang Bersertifikat, Kampus Mengajar, IISMA, KKN, serta Proyek Kemanusiaan.

PTNBH, seperti salah satunya Universitas Airlangga, telah menerapkan kolaborasi dalam keilmuan sejak pandemi covid melanda, yaitu tahun 2020. Universitas Airlangga yang menjadi PTN-BH mengikuti policy yang telah berlaku di Indonesia yaitu Tridarma perguruan tinggi; (1) Pendidikan, (2) Penelitian, dan (3) Pengabdian Kepada Masyarakat. Tridarma dilaksanakan dengan sinergi dan harmonis antara mahasiswa maupun fasilitator (dosen). 

Saat ini, kita sedang berada di masa yang mengalami banyak permasalahan. Masalah-masalah yang terdapat saat ini perlu kita anggap sebagai peluang dan tantangan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan serangkaian agenda pembangunan dunia dengan tujuan mengatasi permasalahan kehidupan yang biasa kita kenal sebagai SDGs. SDGs berisi 17 tujuan dengan 169 target yang terukur, telah disepakati oleh 193 negara, dan ditargetkan mampu tercapai pada 2030.  Dalam dunia perkuliahan, mahasiswa diarahkan untuk berkontribusi dalam menyukseskan tujuan SDGs. 

Mahasiswa sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia di masa depan tentu akan menghadapi semakin banyak permasalahan lanjutan dari SDGs saat ini, karena aspek-aspek SDGs sangat rawan untuk mengalami perubahan. Maka dari itu, mahasiswa dilatih untuk bekerja sama, bahu-membahu, dan berkolaborasi untuk menghadapi perubahan tersebut.

Banyak aspek yang perlu diperhatikan agar kita dapat mempersiapkan masa depan dengan maksimal. Semakin ke sini, dunia semakin dipenuhi dengan banyak perubahan, khususnya perubahan ke arah negatif yang berdampak pada lingkungan. Seperti perubahan iklim, lingkungan, dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, permasalahan seperti kemiskinan, kelaparan, pendidikan bermutu, sampai ke masalah kesetaraan gender juga perlu diperhatikan dan diselesaikan. Maka dari itu, mahasiswa diharapkan bersikap optimis dan semangat untuk terus memperjuangkan masa depan yang semakin baik. Ilmu yang telah didapatkan perlu diimplementasikan dalam menghadapi tantangan, hambatan, serta peluang yang ada. 

Menjadi mahasiswa tidak melulu soal belajar di kelas, tetapi perlu tau bagaimana ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain maupun bagi lingkungan. Tahap-tahapan mahasiswa dalam belajar dimulai dari kelas, kemudian diselingi dengan mengasah softskill dan hardskill, yang nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin menghasilkan output yang baik dan bermanfaat dari ilmu yang mereka miliki. 

Pelaksanaan community services atau pengabdian masyarakat dilakukan dengan bekerja sama terjun langsung ke masyarakat, melakukan pendekatan multidisiplin melalui pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan kepada masyarakat. Terdapat 5 based learning yang dapat diterapkan, (1) Research, (2) Case, (3) Project, (4) Evidence, (5) Community

Research

Research Based Learning (RBL) merupakan model pembelajaran yang menyatukan dan memasukkan hasil riset ke dalam proses belajar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline