Lihat ke Halaman Asli

Pengemis Cinta

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Salahkah dia?

Jatuh cinta di saat kesepian yang tidak disadarinya.

Kehausannya akan kasih sayang dari sosok pasangan.

Kesetiaannya pada orang yang menyia-nyiakan kepercayaannya.

Kebutaannya karena memilih menutup mata daripada melihat kenyataan pahit yang menyakiti dirinya.

Terbius oleh kata-kata rayuan yang membuatnya melayang.

Aku pun bertanya padanya,

Mengapa kau masih bertahan bersamanya?

Kenapa kamu korbankan semua untuk seseorang yang tidak pantas?

Tidakkah kau ingin bahagia seutuhnya?

Jangan sampai terlambat dan menyesal di kemudian hari.

Dan dia pun menjawab dengan senyuman dalam tangis.

Karena cintaku sejak awal adalah tulus padanya.

Ketika dia tidak ada, sering aku merasa kesepian, merindukannya.

Selama ini, hanya dia yang bisa mengerti diriku.

Seberapa besar pun kesalahannya, selalu aku maafkan.

Aku juga tidak mengharapkan apa pun darinya.

Aku wanita yang menuruti kata hatinya saja.

Aku hanya percaya, suatu saat nanti, ketika Tuhan berkehendak dia sudah tidak membutuhkan aku lagi, maka aku pasti bisa ikhlas membiarkan dia pergi.

Salahkah dia?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline