Lihat ke Halaman Asli

Free Sex dan Pemerkosaan, Salah Perempuan?

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita soal pergaulan bebas (free sex) di kalangan pelajar -khususnya wanita- tentu membuat miris hati para orang tua, apalagi jika kasusnya lebih seram, yaitu menjadi korban PEMERKOSAAN. Duh, musnah sudah masa depan mereka dan serasa runtuh dunia membayangkan bagaimana kelak nasib penerus keluarga yang kita harapkan.

Mengapa perilaku free sex bisa terjadi? Banyak faktor, misalnya:

+ Gejolak darah muda, hasrat ingin mencoba sesuatu yang baru lazim dilakukan oleh remaja. Entah itu narkoba, pacaran, mengutil, hingga berhubungan intim. Sangat jarang mereka mampu menuangkan ke hal-hal positif kalau tidak ada orang dewasa yang memandu.

+ Anak kurang mendapat perhatian/ kasih sayang dari orang tua. Barangkali karena si ortu terlalu sibuk mencari nafkah, repot atas pekerjaan serta menggampangkan tiap persoalan dengan setumpuk materi. Padahal uang bukanlah segalanya meski segalanya butuh uang.

+ Lingkungan rumah tidak sehat, dalam artian masyarakat serba cuek dan tak lagi peduli. Semua merasa sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada anak gadis yang membawa teman pria ke rumah didiamkan saja, atau bisa jadi malah area tempat tinggal adalah lokalisasi pramuria. Who knows?

+ Minimnya pendidikan moral. Dalam jaman serba canggih begini harusnya tetap memiliki pondasi iman yang kokoh. Namun hal itu tak mungkin terwujud bila orang tuanya saja juga tidak paham apa yang akan diajarkan pada anaknya. Sholat nggak pernah, ke rumah ibadah jarang, jadi siapa yang salah?

Praktek memang tidak semudah teori, tetapi jangan sampai membuat kita pesimis dan berkecil hati. Penangkal pergaulan bebas hanya satu, tanamkan pengertian dan resiko hamil di usia muda tanpa menikah kepada sang anak. Mereka ibarat kertas putih yang masih bisa ditulis dengan kata-kata indah sebelum ternoda oleh tinta bocor.

Well, lalu mengapa ada korban pemerkosaan?

+ Niat si pelaku. Setiap waktu pikirannya dipenuhi  bayang-bayang selangkangan. Batin tersiksa sebab nafsunya tidak tersalurkan. Buat apa keluar duit untuk ‘jajan’ kalau bisa gratisan walau dengan jalan kekerasan.

+ Ada kesempatan, setali tiga uang dengan point di atas. Akhirnya sasaran jatuh pada kaum belia yang masih kinyis-kinyis bin unyu-unyu, dll. Mungkin dianggapnya sang remaja lebih gampang dikelabui dengan imbalan palsu.

+ Faktor dendam atau sakit hati. Bisa jadi si korban pernah menyakiti pelaku, menolak cinta, ketus, bla bla bla. Makanya buat para gadis, bersikap ramah pada semua orang mumpung ramah itu belum kena pajak pemerintah.

+ Wanita berpakaian terlalu minim bahkan cenderung mengundang birahi. Hal ini selalu menjadi perdebatan seperti mana duluan telur atau ayam. Tak akan selesai. Solusinya, jangan seronok di muka umum. Gampang kan?

+ Takdir. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, entah baik termasuk yang buruk sekalipun. Hanya Tuhan yang tau alasan pasti mengapa ada korban pemerkosaan.

“Duhai para wanita, JAGALAH kehormatan dan kemuliaan untuk suamimu nanti.”

Silakan jabarkan arti JAGALAH menurut versi masing-masing. Ada tambahan atau koreksi? Mari kita saling melengkapi di Kompasiana yang mottonya Sharing & Connecting ini. Trims sudah membaca dan memberi vote.

Salam Pedez




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline