Watak setiap orang pasti berbeda-beda, dan hal itu bisa terlihat dari tulisan yang dihasilkannya. Ada yang suka berfilosofi, berpuisi, reportase berita terkini, seputar gosip, ataupun perihal keagamaan dan keyakinan.
Seringkali kita sebagai pembaca ‘terjebak’ dalam memilih suatu bacaan yang akan di baca. Mungkin yang pertama kali dilihat adalah judul artikel, lalu siapa penulisnya, baru menimbang apakah teruskan membaca dan menanggapi artikel tersebut atau tidak.
“Ah, yang nulis orangnya gak akrab sama gw. Males banget mau bacanya apalagi komen, tulisan dia lebay….”
Padahal jika mau fair, kita juga tak akan mau bila diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Lahap saja semua bacaan yang terlihat tanpa melihat siapa penulisnya, keputusan nanti apakah tulisan itu bermutu atau tidak urusan belakangan. Bagaimana pun juga, Kompasiana adalah rumah sehat untuk saling berbagi wawasan, bukan menjadi ajang siapa yang paling terhebat atau terkenal dan terjago dalam membuat sebuah artikel.
Mari mulai menghargai hasil karya kawan tanpa harus memandang latar yang bersangkutan, tanpa harus menilai apakah dia penulis amatir atau mahir. Siapa tau jika isi artikelnya ternyata menyimpan suatu manfaat besar bagi yang membacanya tetapi kita malah sengaja ‘memicingkan’ mata dari artikel tersebut.
“Emas tetaplah emas dimanapun ia berada meski di selokan sekalipun…”
QRIPIX
*Baca juga tulisan lainnya…