Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Tirakat sebagai Jalan Kesuksesan Dunia Akhirat

Diperbarui: 27 Januari 2023   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam bahasa arab tirakat disebut dengan riyadhah, yang artinya menahan hawa nafsu untuk mengolah dan mengasah batin kita. Tirakat juga dapat dimaknai sebagai sebuah usaha dalam mengelola jiwa seseorang melalui jalan penguatan jiwa kerohaniannya. Tirakat merupakan suatu istilah yang sangat identik dengan kentalnya pengorbanan secara spiritual. Dalam proses spiritual ini, tirakat bisa dilakukan sebagai pengasah doa dan ilmu yang diibaratkan seperti pisau. Jadi, semakin kuat tirakat kita maka semakin tajam juga doa dan ilmu kita. Ketajaman doa seseorang berbanding lurus dengan keterwujudannya doa yang dilangitkan. Jika dalam ilmu hal ini sangatlah bethubungan dengan kebermanfaatan atau keberkahan suatu ilmu seseorang. Tirakat bukanlah suatu hal yang aneh, karena ini merupakan suatu usaha manusia untuk melawan hawa nafsu dan cara untuk penyucian diri demi mendekatkan diri kepada Allah.

Secara logika, apabila kita semakin dekat dengan Allah maka semua keinginan kita akan semakin mudah tercapai. Oleh karena itu, sebenarnya tirakat sangatlah penting dan menjadi suatu hal yang lazim dilakukan oleh seorang muslim yang memiliki keinginan untuk sukses di masa depan. Dibalik nama besar seseorang, pasti terdapat tirakat yang luar biasa dilakukan oleh seseorang ataupun sesepuh-sesepuh dari orang tersebut. Dalam suatu kitab diterangkan bahwasanya tirakat yang berhasil, dapat dinikmati dan dirasakan oleh anak cucunya hingga tujuh turunan.

Sangatlah banyak bentuk tirakat yang bisa dilakukan seseorang. Mulai dari istiqomah puasa senin kamis, puasa daud, puasa asyura, istiqomah sholat jamaah, wirid, dan masih banyak lagi. Tirakat yang banyak dilakukan seseorang adalah puasa sunnah. Hal tersebut dikarenakan dalam berpuasa terdapat dua nikmat yaitu nikmat berbuka dan nikmatnya saat seorang hamba berjumpa dengan Tuhannya. Lalu, bagaimana cara tirakat di era saat ini yang semakin canggih dengan teknologi? Kecanggihan teknologi saat ini memanglah seringkali membuat seseorang lalai, semakin sibuk, dan semakin mudah terpancing dengan berita-berita di media sosial yang belum tentu benar. Hal tersebut tentu membuat hati semakin gelap dan yang ada bukanlah keinginan untuk tirakat akan tetapi mengikuti hawa nafsu yang semakin hari semakin menggebu. Di era saat ini tentunya tirakat masih tetap bisa dilakukan dengan banyak cara. Akan tetapi, tirakat lebih utama jika dilakukan dengan bimbingan seorang guru/kyai yang tirakatnya sudah jelas dan terbukti.

Beberapa usaha tirakat selain berpuasa diantaranya:

  • Istiqomah melaksanakan sholat tahajud, dhuha, witir, hajat, dll
  • Membaca tawassul secara rutin kepada Rasulullah, sahabat, dan ulama
  • Mengirim Al Fatihah untuk orang tua, guru, leluhur, dan keturunan
  • Istiqomah berdzikir, bersholawat, membaca rotibul haddad, wird al latif

Tirakat haruslah dilakukan dengan bimbingan guru/kyai. Hal ini disebabkan karena guru sudah terbukti kuat bertirakat dan menjauhi nafsu duniawi. Guru, kyai, ulama-ulama sepuh yang jauh dari nafsu duniawi dan sudah terbukti tirakatnya akan membimbing kita dengan tepat dan menjadi tempat untuk memyucikan diri (tazkiyatun nafs) untuk mendampingi diri dan menjaga hati seseorang agar tidak sombong dalam menjalankan amalan rutin tirakat.

Lalu, bagaimana jika kita mengamalkan tirakat dengan saran dari ustadz di media sosial? Tidak ada salahnya kita mengamalkannya, karena semua nasihat pasti bagus dan amalan-amalannya shahih. Akan tetapi jika dibandingkan dengan bimbingan guru/kyai secara langsung maka hasilnya akan terlihat berbeda. Tirakat tak harus berbentuk wirid atau puasa, apapun yang kita lakukan dengan niat untuk menahan hawa nafsu dan ditunjukkan demi pengasahan batin maka sudah disebut sebagai tirakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline