Lihat ke Halaman Asli

Zuni Sukandar

Seorang guru SLB

Pengakuan Sumini

Diperbarui: 27 Oktober 2020   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernikahan Sumini dan Marto sudah berjalan  selama tiga puluh tahun. Selama itu pula tidak pernah terjadi sesuatu yang sangat merisaukan. Semua berjalan baik-baik saja. Pertengkaran kecil antara suami istri pun biasa terjadi, tetapi semua berakhir dengan damai dan baik.

Sumini, perempuan desa yang dinikahi Marto  tiga puluh tahun yang lalu, memang karena perjodohan. Orang tua Marto yang kebetulan juragan kaya, terkenal,  banyak memiliki sawah ladang dan hasil kebun melimpah, serta ternak yang cukup banyak hanya memilih Sumini, perempuan yang tidak pernah mengenal gincu dan bedak.

Sebenarnya banyak perempuan lain yang dekat dengan Marto, tetapi lelaki itu tidak pernah menggubrisnya. Jika ingin perempuan dengan tipe tertentu pun Marto mampu, punya modal dan tampang yang cukup lumayan. Namun, Sumini perempuan dengan wajah eksotik, nan mempesona bagi Marto. Bukan hanya wajahnya yang elok, tetapi budi pekertinya pun tidak diragukan lagi.

Pernikahan Sumini dan Marto telah dikaruniai empat anak yang manis-manis, penurut serta salih.  Bahkan dalam waktu dekat, Sumini akan mantu anak yang pertama. Kebetulan anak pertama perempuan, mirip sekali dengan Sumini, berwajah manis dan penampilan lumayan. Diana nama anak itu, sekarang menjadi seorang dosen di salah satu universitas ternama di kota gudeg.

Anak kedua dan ketiga sedang kuliah dan mondok di salah satu kota, sedang anak bungsu masih kelas dua SMP. Secara ekonomi, Sumini dan Marto tidak mengalami masalah, bahkan akhir-akhir ini mereka sering terlibat dalam kegiatan sosial keagamaan yang mengurusi anak yatim dan pendidikan di desa tersebut.

Namun, tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba saja Sumini mengagetkan Marto, ingin membicarakan suatu hal yang  cukup serius. Marto pun makin penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Sumini.

"Ntar saja, Kang, nanti setelah sampeyan siap lahir batin," jawab Sumini ketika didesak masalah yang akan disampaikan.

"Ealah, Sum, mbok ya nggak usah pakai rahasia-rahasiaan kenapa, sih? Teko to the point wae."

Sumini hanya memandang suaminya dengan wajah sendu.

"Wait n see, Kang!"

Mungkin karena Marto saking penasarannya, hingga suatu kali ketika mereka berdua duduk di balai-balai yang terletak di samping rumah ditemani kopi dan singkong rebus panen dari sawah, lelaki itu pun  mendesak agar Sumini agar segera bercerita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline