Pak Hadi sebenarnya belum terlalu tua jika dilihat dari umur. Dia baru berusia lima puluh dua tahun. Meski perawakan layaknya laki-laki berumur tujuh puluh tahun, rambut di kepala juga sudah berubah warnanya menjadi putih.
Setiap hari selalu ada saja hal yang membuatnya bingung. Kemarin pagi, mencari kaca mata ke sana ke mari, tidak tahunya ternyata sudah dipakai. Berbagai peristiwa yang tampaknya biasa pun terlihat lucu ketika menimpa Pak Hadi.
Setelah kasus kaca mata, kini berganti lagi, yaitu mencari dompet. Dompet yang sudah lusuh berwarna coklat itu dicarinya berkali-kali. Dari kamar, kembali lagi ke ruang tengah, bantal, sprei, hampir semua barang di dalam rumah diacak-acak sampai berantakan, tetapi belum terlihat juga.
Hatinya mulai resah, karena semua surat penting ada di dalam dompet itu. Dia pun duduk di depan TV, dan mencoba mengingat-ingat kembali sejak awal meletakkan benda itu. Protes istrinya pun dianggap angin lalu, tidak pernah diperhatikan.
"Mencari apa sih, Pak? Pasti kunci, ya? Atau HP? Tiap hari kok lupa. Jika tidak kunci, ya kaca mata, helm, mantol, mbok ya disiapkan malam tadi segala sesuatunya."
Pak Hadi memilih untuk diam, tidak mau membalas omelan istrinya, yang menambah pikiran makin ruwet.
Sejenak kemudian, Pak Hadi kembali mengingat dan mengurutkan kejadian setelah bangun tidur, sampai akan berangkat kerja.
Dia pun bangkit dan mencari tas ransel warna hitam yang diletakkan di atas meja kerjanya.
Senyumnya kini merekah. Benda yang dicarinya sudah ada di tangan.
Melihat suaminya tersenyum, Bu Hadi pun komentar.
"Nah, ketemu kan? Aduh, Pak ... Pak, belum tua, sudah lupa!"