Lihat ke Halaman Asli

Zuni Sukandar

Seorang guru SLB

Amplop

Diperbarui: 25 Oktober 2020   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hampir berbarengan berita  kematian tetangga Dipo. Berita pertama meninggalnya Pak Saroja, dan yang kedua meninggalnya Pak Badrun yang sakit sudah lama sekali.  Bukan hanya berita kematian yang Dipo dengar, tetapi juga pernikahan anak temannya ketika sekolah. Ketiga acara itu hampir bersamaan waktunya.

Dipo  harus pandai mengatur waktu agar semua berjalan lancar sesuai rencana. Tiga amplop telah dia siapkan untuk menghadiri acara tersebut. Biasanya Dipo  tidak perlu  datang bersama dengan tetangganya yang akan melayat, karena kebetulan dia juga ada acara yang hampir bersamaan waktunya.

Ketiga amlop kecil warna putih itu dia simpan di dalam dompet jadi satu dengan amplop kuitansi yang akan diberikan pada salah satu rekan kerjanya. Yang membedakan ketiga amplop itu hanya sebuah cap yang tercantum pada  amplop kuitansi.

Saat acara melayat yang pertama, amplop diselipkan pada dompet dengan diberi tanda lipatan kecil, agar tidak tercampur  dan keliru dengan ampplop lain.

Acara melayat yang pertama pun berjalan lancar.

Dilanjutkan acara melayat pada tempat kedua. Kali ini amplop sudah disediakan di bagian dalam dompet tanpa tanda lipatan kecil.

Setelah bertemu dengan tuan rumah, dan sedikit basa basi serta mendoakan, maka Dipo mendekati kotak tempat amplop.  Dibukanya dompet berisi beberapa amplop putih kecil itu. Dengan sekali sentuhan, Dipo sudah mendapatkan amplop yang dimaksud, dan segera dimasukkan pada kotak dari kayu  berisi amplop sumbangan dari orang yang melayat.  Dipo pun minta pamit pada tuan rumah.

Kini acara Dipo tinggal satu yang belum terlaksana, yaitu menghadiri pernikahan  anak rekan kerjanya. Kembali Dipo mengambil  amplop uang  dalam dompet.  Matanya terbelalak, ketika mendapatkan amplop kuitansi yang dimasukkan pada kotak sumbangan ketika melayat.

"Aduh, kok keliru. Malah amplop  kuitansi yang kumasukkan dalam kotak sumbangan," kata Dipo lirih dengan nada sangat kecewa.

Dipo tidak habis pikir dengan kebododhannya yang baru saja dilakukan.

"Apa aku sudah terlalu tua, sehingga mudah lupa dan keliru?"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline