"Wah, saya nggak berani lewat jalan itu. Mending lewat jalan lain," begitu kata salah satu tetanggaku ketika sama-sama bercerita tentang malam dan daerah yang dianggap agak menyeramkan.
Kami berdua sama-sama penakutnya, tetapi selama ini aku belum pernah punya pengalaman melihat atau ditemui makhluk astral.
Malam itu, aku harus pergi karena ada undangan mendadak dari kerabat. Saat itu masih sekitar pukul delapan malam. Salat Isya juga baru saja usai, jadi kemungkinan besar masih dapat bertemu dengan beberapa orang yang melewati jalan yang dianggap agak angker itu.
Dengan sangat percaya diri kulajukan sepeda motor kuno itu, sedikit perlahan, karena melewati tikungan. Sepanjang tikungan dan beberapa meter setelahnya, memang kurasakan malam itu agak beda. Ada aroma yang membuat bulu kuduk berdiri, dan aku berpikir ini pasti dari makhluk beda alam.
Beberapa kali juga ketika melewati tikungan tersebut, selalu berbau seperti ketela yang sedang direbus.
"Ih, kok malam-malam ada yang merebus ketela," batinku.
Tiba-tiba, setelah tikungan yang cukup aneh menurut sebagian besar orang, kucium bau wangi bunga kemuning.
"Gila, ngeri," batinku karena cukup menahan rasa takut juga.
Segera kularikan sepeda motorku lebih kencang. Nggak peduli melewati jalan yang cukup sempit, karena bau wangi kemuning itu kurasakan sangat aneh dan tiba-tiba. Untung saja aku nggak jatuh. Hatiku pun sempat dag dig dug karena aroma kemuning itu. Aku tidak berani menengok ke belakang. Namun dari spion sepeda motorku terlihat sesosok bayangan hitam yang berkelebat. Untung saja makhluk itu tidak mencegatku.
Aku pun berburuk sangka bahwa ini pasti pekerjaan makhluk astral yang mencoba menggodaku si penakut.
Meski menahan rasa takut yang tidak terbayangkan, akhirnya aku pun dapat menemui beberapa orang yang berseliweran dan melintas di jalan.