Lihat ke Halaman Asli

Zuni Sukandar

Seorang guru SLB

Penjual Wedang Ronde

Diperbarui: 4 Agustus 2020   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam Ahad, seperti biasa Salamun memintaku untuk menemaninya menonton hiburan ala desa, yaitu kubra. Entah apa yang menarik dari kesenian itu bagi Salamun. Bagiku terasa biasa, tetapi baginya serasa ada yang kurang bila belum menghabiskan malam Ahad tanpa kubra yang menjadi andalannya. Malam itu yang tampil di lapangan desa Kubra Siswa Taruna Muda yang terkenal energik.

Kami berangkat dari rumah setelah salat isya. Aku membawa bekal beberapa gelintir rokok dan lampu senter mengantisipasi jika listrik padam tiba-tiba. Jalan menuju kampungku memang belum semua teraliri listrik, jadi kadang melalui jalan yang cukup gelap. Untuk menuju rumahku harus melewati salah satu makam yang konon cukup angker.

"Nanti nggak usah malam-malam, ya Mun, kau kan tahu sendiri jalan menuju kampungku sepi setelah lewat tengah malam," pintaku pada Salamun yang segera diiyakannya.

"Ya, nanti jika sudah sampai atraksi kita langsung pulang."

Tontonan kali ini memang  menarik, hingga berjubel yang melihat. Pedagang pun lebih banyak daripada biasanya. Suara tabuhan dan tarian sangat serasi. Namun lama-kelamaan perutku pun terasa penuh karena suara tabuhan yang mengiringi tarian tersebut.

Merasa nggak enak badan, Salamun segera kuajak pulang. Jarum jam di tangan sudah menunjukkan pukul dua puluh empat lebih  lima belas menit. 

"Mun, yuk kita pulang. Duh, perutku sudah nggak enak banget."

"Nggak nunggu atraksi selanjutnya?"

"Sudah besuk lain kali saja. Aku sudah ngantuk juga," kataku  mencari-cari alasan agar segera pulang. Aku nggak berani ambil risiko pulang terlalu malam. Bukankah aku harus melewati kuburan yang cukup angker?

"Nanti kita pisah di tempat seperti biasa ya," pinta Salamun padaku.

Rumah Salamun memang hanya berjarak beberapa meter  dengan lapangan tempat pentas kubra. Sedang rumahku masih agak jauh, harus melewati beberapa dusun, dan gang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline