Lihat ke Halaman Asli

Teori E.L.Thorndike,

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Teori behavioristik E.L. Thorndike

E.L. Thorndike mengemukakan teori koneksionisme yang terjadi antara stimulus dan respon yang dihasilkan dan dilakukan secara berulang ulang.

E.L. Thorndike melakukan percobaan pada kucing yakni dengan mengurung si kucing di dalam puzzle box. Ketika kucing lapar dan sedang terkurung kemudian ada makanan  di luar puzzle box maka ia akan mencari cara bagaiman ia bisa keluar, setelah berusaha berulang-ulang akhirnya ia menemukan tombol yang merupakan kunci terbukanya pintu. Lama kelamaan ketika di luar puzzle box terdpat makanan dan pas sekali ketika dia lapar maka tidak akan lama-lama lagi kucing ini berproses mencari tombol. Ia tahu bahwa itu adalah tombol kunci karena dia telah berulang-ulang melewati area itu dan setia menginjak sesuatu ia kan segera tahu bahwa itu adalah tobol kunci. Ia akan langsung tahu dimana letak tombol dan akhirnya menginjaknya dan ia pun bisa keluar dari puzzle box.

Dari sini kita sudah tahu kan mana indicator yang menunjukkan stimulus dan mana indicator yang menunjukkan respon, nah sebagai guru dan untuk mengimplementasikan teori ini maka:

1.Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon.

2.Guru harus tahu tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik.

3.Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks dan guru yang menentukan hal ini.

4.Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap stimulus.

5.Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki dengan bantuan bimbingan guru.

6.Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.

7.Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.

8.Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline