Lihat ke Halaman Asli

Mendapatkan Buah dari Ilmu

Diperbarui: 3 Mei 2023   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memikirkan dan memahami ilmu menghasilkan buah, yaitu ilmu yang bermanfaat. Kemudian memikirkan ilmu ini sendiri membuahkan satu keadaan yang akan terjadi pada hati. Kemudian buahnya akan akan membentuk keinginan berbuat di dalam hati. Kemudian buah dari keinginan itu adalah perbuatan (amal).

Bahwa perbuatan yang dihukumi adalah perbuatan yang dilakukan dengan keinginan dari hati. Makanya kalau ada perbuatan yang dilakukan tanpa sengaja, itu tidak dihukumi. Berbeda dengan yang dilakukan dengan sengaja. Adapun orang yang berbuat karena kelupaan/tidak sengaja/dipaksa, maka ini diampuni. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

:

"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengampuni karena aku perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh umatku dengan ketidaksengajaan, kelupaan atau yang mereka dipaksa melakukannya." (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqi, dan yang lain)

Kalau begitu, merenungkan ilmu merupakan permulaan atau titik tolak dan kunci bagi semua kebaikan-kebaikan. Maka di sinilah akan menjelaskan bagimu tentang kemuliaan dan keutamaan merenungkan ilmu, dan bahwasanya itu merupakan seutama-utama amalan hati dan yang paling bermanfaat bagi hati. Sampai-sampai dikatakan dari nukilan sebagian pernyataan ulama yang mengatakan: "Berpikir (memikirkan ilmu) sesaat lebih baik daripada ibadah setahun."

Memikirkan dan merenungan ilmu ialah sesuatu yang membawa seorang hamba dari kelalaian menuju kesadaran, dari kerakusan dunia ke qanaah, dari sempitnya kejahilan ke lapangnya ilmu.

Bahwa "asal dari semua ketaatan adalah memikirkan ilmu, begitu pula dengan kemaksiatan, ia bermula dari sebuah pemikiran." (Imam Ibnul Qayyim)

Perbuatan buruk itu bermula dari kosongnya hati seseorang dari mengingat Allah dan dari merenungkan ilmu, sehingga setan menanamkan benin-benih kemaksiatan sampai pada kahirnya seseorang melakukan kemaksiatan tersebut.

Tetapi apabila hati seseorang di gunakan untuk merenungi dan bertafakkur terhadap ilmu dan kebaikan, maka setan tidak akan menemukan celah di dalam hatinya untuk menanamkan benih-benih keburukan.  Karena tugas setan adalah untuk merusak hati.

Maka tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati seorang manusia dari membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya. Karena merenungi dan mentadabburi Al-Qur'an akan menghasilkan keinginan untuk melakukan apa yang terkandung di dalamnya dari kebaikan dan akan mencegah dari semua sifat dan perbuatan buruk yang akan merusak hati.

"Merenungi Al-Qur'an merupakan sebuah pintu untuk memperbaiki hati" (Imam Ibnul Qayyim)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline