Pemilihan umum kepala daerah sedang berlangsung, bagaimana pemberitaan anda? Semoga tidak sekacau alur dan kerangka tulisan ini.
Sebagian besar gerbang pertama yang keluar di sela - sela aktivitas para kandidat, mayoritas akan memainkan subgenre baru, seperti kritik pada pesaing yang di poles dengan kegagalan, informasi kecolongan dan inspirasi dari kesalahan.
Bahkan, situasi sekarang, cenderung gagal memberi tahu nalar sadar kita, kontur dari apa yang salah pada tahun tahun pemilu sebelumnya, Fakta bahwa
Jurnalis dan media saat ini masih terlalu berfokus pada kepribadian dan pemungutan suara ketika mereka seharusnya lebih memperhatikan masalah yang penting bagi pemilih; mereka membiarkan wajah calon mendominasi liputan , hingga merugikan pemilu sebagai seleksi kepemimpinan.
Satu sisi lain masyarakat di harapkan lebih serius, baik dalam memilah maupun memutuskan ; dan, ketika semuanya sudah berakhir menjadi pilihan, mereka menyalahkan kembali warga masyarakat dan cenderung melupakan pragmatisme akut politisi.
Kandidat dan pasaingnya apa yang mesti dilakukan.
Saya menyebut nya dengan gerakan mendukung kampanye pelaporan publik, gerakan stimulus dari ruang berita yang cenderung mengabaikan dan ahirnya malah tidak mengakui kegagalan mereka sendiri untuk menganalisis isu-isu yang pantas mendapat perhatian.
Menurut saya, ini adalah hal terbesar dari apa yang salah dengan cara media dalam liputan jurnalisme politik; wartawan berfokus pada kereta dayangnya ( selalu tidak menyebutkan kata ' publik' daripada pada apa yang dia 'calonya' katakan; mereka memoles respons kontropersi kurang nyama berada di sekalilung yang menaungi pemberitaan kandidat.
Media terlalu sibuk mengalihkan kandidat yang nampak terlalu bosan dengan kalimat - kalimat kampanyenya, daripada mengelolah narasumber dan pengakuan masalah kebijakan dalam mempertimbangkan gagasan serius dan terperinci tentang cara mengelola kehidupan sosial.