Transparansi seringkali diidentikkan dengan keterbukaan terutama dalam hal ikhwal penggunaan anggaran, semisalnya berapa anggaran yang harus dikeluarkan, untuk apa anggaran tersebut dll, tapi lain halnya ketika transparansi disangkutkan dengan jumlah pasien yang terkena supect virus Covid-19. Akan kah pemerintah berani terbuka seluas luasnya?.
Covid-19 atau yang dikenal sebagai virus Corana merupakan virus yang berasal dari Kota Wuhan, China. Covid- 19 di awal kemunculannya mengundang perhatian dari masyarakat China oleh karena kurang terbukanya pemerintah Tiongkok dalam mengumumkan kasus pertama virus tersebut, yang ada justru pengumuman tentang bahaya Covid 19 diumumkan oleh lembaga penelitian dari Universitas.
Kurang terbukanya pemerintah Tiongkok berimbas pada menyebar virus Covid 19 ke penjuru dunia, disaat berbagai negara didunia mengumumkan kasus pertama Corana, Indonesia masih terbilang cukup "santuy yy" Bahkan Mentri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyuruh masyarakat tetap tenang dan berdoa agar virus Covid 19 tidak masuk ke negara kita.
Namun tepat pada tanggal 2 maret 2020 akhirnya Indonesia "pecah telur" Dalam menghadapi virus Covid 19 setelah 2 orang warga Depok, Jawa Barat dikabarkan positif Corona dan hingga saat ini 13/03/2020 telah dilaporkan 62 pasien positif dan 4 diantaranya meninggal dunia.
Sayangnya penyebaran virus Corana yang dua kali lipat tidak dibarengi dengan transparansi pemerintah negeri ini, padahal dengan adanya transparansi kita bisa mengetahui rekam jejak para pasien sehingga masyarakat dapat mengambil langkah yang tepat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
DAMPAK TERBURUK.
Ketika pemerintah tidak transparansi tentang jumlah pasien dengan dalih ingin menenangkan suasana ditengah kecemasan masyarakat, sejatinya hal tersebut akan memberikan dampak buruk dimasa yang akan datang dan tidak menutup menambah jumlah pasien yang suspect postif.
Pemerintah harusnya banyak belajar dari negeri Tiongkok yang blunder dalam. Menangani Virus Covid 19 dengan tidak memberitahukan kepada media dan masyarakat dan mengangap semuanya baik baik saja hingga mimpi buruk itu datang yakni Lockdown. tidak bisa dibayangkan bukan ketika daerah pusat bisnis tanah air ( JABODETABEK) terkena Lockdown/blokade
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H