Presiden Jokowi melalui Konfrensi pers (26/8/2019) beberapa waktu lalu mengumumkan lokasi pemindahan Ibukota negara baru ke Penajam dan Kukar. "Lokasi Ibu kota baru yang paling ideal adalah disebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan disebagian Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur" kata Jokowi.
Pernyataan tersebut sekaligus merupakan jawaban dari sekian banyak teka teki tentang pemindahan ibu Kota, mengingat pada pidato kenegaraan presiden pada saat hari kemerdekaan RI beliau hanya meminta izin kepada rakyat untuk memindahkan Ibu Kota Negara ke Kalimantan tanpa menyebut lokasi yang jelas.
Sebagai orang Kaltim mendengar berita tersebut tentunya kami tak heran bahkan tak over reaktif karena beberapa bulan yang lalu hampir semua media yang ada di Kaltim baik sosial maupun pers ramai ramai memberikan ulasan/berita tentang ibu kota negara dengan Kaltim sebagai kandidat terkuat atau nyaris tanpa pesaing.
Dipilihnya Kabupaten/Kota di Kaltim sebagai Ibu Kota Baru tentunya bukan tanpa alasan, Kaltim dipilih dikarenakan pembangunan dari segi Infrastruktur telah memadai bahkan unggul dari Provinsi " Kontestan" lainnya, misalnya di Kalimantan Timur telah memiliki 2 Bandara yang bertaraf Internasional yakni SAMS Sepinggang di Balikpapan dan APT Pranoto di Samarinda, disamping itu Kaltim juga memiliki pelabuhan Peti Kemas di Kariango Balikpapan dan yang tak kalah penting ialah Kaltim lepas dari jalur Ring of Fire ( jalur gunung merapi) sehingga minim terjadi bencana alam.
Untuk Kota/Kabupaten Penajam dan Kukar kedua kedua ini memang memiliki lahan hijau yang luas dan kosong ditambah lagi populasi penduduk yang mendiami kota tersebut masih dalam skala yang terbilang kecil sehingga sangat pas dengan konsep pembangunan City In The Forest, Green Building, dan New Urbanism yang selama ini menjadi konsep ibu kota negara yang di inginkan Pak Jokowi.
Minus Provinsi Kaltim.
Dipilihnya Kota di Kaltim sebagai Ibu Kota negara tentu juga memiliki kekurangan diantaranya ialah ketersedian air bersih dan masalah deforestasi.
- Ketersedian air bisa dikata merupakan permasalahan yang hampir di alami oleh sebagian besar masyarakat Kaltim, misalnya ketika di Kota Samarindah dapat dijumpai air yang dipakai oleh warga berwarna cokelat bercampur kemerahan belum lagi suplai air bersih yang tidak full selama 24 jam, sakin urgennya persedian air di Kaltim, Kiota Balikpapan pernah dijuluki sebagai " Kota 1000 tandon air" dikarenakan sulitnya mendapat pasokan air bersih ketika musim kemarau.
- Deforestasi merupakan masalah yang sangat krusial, selama ini image segenap orang menyebut kalimantan sebagai paru paru dunia namun ketika ada pembanguan pasti ada alih fungsi lahan/hutan sekalipun pemerintah saat ini berkomitmen untuk membangun kota dengan konsep forest in the city dan berkomitmen untuk tidak menganggu hutan konservasi namun tetap saja setiap pembangunan pasti akan mempengaruhi bentangan alam yang akan berdampak dimasa yang akan datang.
Pemindahan Ibu Kota Negara di Kaltim tentunya memberikan dampak keberbagai bidang baik itu ekonomi, politik, sosial terutama lingkungan hidup namun jangan sampai pemindahan ibu kota ini dimaknai sebagai ajang transaksi bisnis, euforia politik hingga akhirnya kita semua lupa bahwa Kaltim punya permasalah krusial di bidang ekologis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H