Perayaan Idul Adha sangat Identik dengan berkurban. Kali ini Hari Raya Idul adha sesuai Hijriah Adalah 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah dan Kalender Masehi jatuh Pada Tanggal 28 Juni 2023 (Untuk Muhammadiyah) dan 29 Juni 2023 (Untuk Kalangan Umum).
Meski demikian di Buleleng Bali Nun Jauh di Pesisir Utara Pulau Bali menyamakan prosesi pemotongan hewan kurban pada 29 Juni 2023.
Buleleng dan Bali umumnya mengenal berbagai tradisi keberagaman dan sudah menyatu dalam Kebhinekaan yang dikenal dengan Nyame (saudara) yakni Nyame Hindu dan Nyame Selam (Islam).
Pada Perayaan Hari besar keagamaan diwarnai dengan ngejot atau saling hantar menghantar makanan, baik dalam Hari Raya Galungan Ataupun Perayaan lain semisal Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi Ngejot adalah sebuah tradisi atau kebiasaan masyarakat Islam dan Hindu di di Bali Kampung kampung semisal di Jembrana, Denpasar, Klungkung, Buleleng, Karangasem dan lainnya.
Dalam KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia ) disebutkan tradisi adalah suatu adat ataupun kebiasaan turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang dan masih dilestarikan oleh masyarakat.
Konsep adiluhung masyarakat Bali khsusunya di Buleleng sudah mendarah daging sejak interaksi masyarakat bali dengan masyarakat nusantara untuk tujuan diplomasi dan perdagangan.
Dalam berbagai sumber disebutkan bahwa agama Islam tiba di Bali pada tahun 1460, dibawa oleh Raden Fatah bersama rombongannya. Tempat pertama yang didatangi ialah Gelgel. Yang penyebarannya kemudian dilanjutkan oleh keturunan pengiring Raden Fatah. Kusamba adalah suatu wilayah kira-kira 7 km dari Klungkung (sebelah timur Klungkung).
Disebutkan juga bahwa bakti menyatunya Tradisi Manyame Hindu dan Selem ini dibuktikan dengan adanya kampung kampung kuno seperti, Beberapa komunitas kampung Islam, 1. Di Banjar Lebah, Saren Jawa di desa Budakeling Kabupaten Karangasem, 2. Kepaon dan kelurahan Serangan di wilayah Kota Denpasar
3. Kampung atau Desa Pegayaman Kabupaten Buleleng, 4. Kampung atau Desa Loloan di Kabupaten Jembrana.
Biasanya pasca melaksanakn Hari Raya Idul Adha dilakukan pemotongan Hewan Kurban yang nantinya dibagikan kepada kaum dhuafa dan tidak mampu. Serta Masyarakat disekitar atau tetangga sebagai bentuk syiar dalam memelihara kerukunan dan ukwah.
Dibali juga mengenal konsep, Tri Hita Karana itu adalah filosofi dasar yang menjiwai kehidupan sosial masyarakat Bali tertuang dalam Tri Hita Karana. Yaitu, ajaran tentang tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan Tuhan.