Naskah 2: Mengurai Komunikasi Nonverbal
KOMUNIKASI sebagai ilmu menyumbangkan satu bagian penting yakni komunikasi nonverbal. Disebut juga dengan nama 'bahasa tubuh'. Marina, melalui akun Pinterest miliknya, dan saya ikuti selama ini memajang 9 tipe komunikasi nonverbal. Pada sesi bahasan sebelumnya telah saya uraikan singkat; tentang Kinesic, Haptics, Proxemics dan Territory. Pada bagian ini akan saya lanjutkan dengan uraian tentang apa; Environment dan Vocalics. Semua itu menjadi bagian dari perilaku dalam berhubungan (komunikasi) kita dengan orang lain.
- - - - - - - - - - -
Saya menemukan foto setahun lalu, kami berfoto angkatan 2018 saat sekolah doktoral di Universitas Hasanuddin, dan bertemu dengan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Profesor Sukri Tamma kami berempat minta kesediaan berfoto. Maka jadilah kami berfoto, karena saya belum juga menyelesaikan ujian doktor, maka posisi tangan saya melipat, sedangkan 3 Doktor, dalam istilah kami Pandawa 5, sudah bisa 'lepas tangan' sebagai isyarat 'merdeka'. Saat menuliskan kalimat itu saya tersenyum. Gestur kami memang berbeda, tetapi saya tetap bersyukur akhirnya sayapun jadi junior, walaupun sejatinya sayalah paling tua usia.
Kembali kegestur, kajian komunikasi nonverbal, kata environment (lingkungan) itu, merujuk pada pengaturan fisik dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi interaksi dan komunikasi antara individu. Lingkungan mencakup elemen-elemen seperti tata letak ruangan, pencahayaan, suhu, warna, dekorasi, suara, dan bahkan bau yang ada di sekitar seseorang. Semua elemen itulah yang dapat mempengaruhi suasana hati, perilaku, serta cara orang berkomunikasi, misalnya: a) tata ruang, pengaturan tempat duduk, jarak antara orang, dan posisi duduk dalam ruangan dapat memengaruhi interaksi sosial. Ruang yang terbuka dan nyaman cenderung memfasilitasi komunikasi yang santai dan informal; b) pencahayaan ruangan yang terang biasanya terkait dengan suasana yang lebih formal dan penuh perhatian, sementara pencahayaan yang lembut bisa menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab.
Seorang kawan mengambil studi politik dan Pemilu di salah satu universitas di Amerika Serikat (AS), bagian dari penelitiannya tentang warna jas yang dipakai calon presiden AS, ketika debat kampanye. Warna menjadi poin c) warna dapat mempengaruhi suasana hati dan perilaku. Warna-warna hangat seperti merah atau kuning bisa membangkitkan energi dan stimulasi, sedangkan warna dingin yakni biru dan hijau cenderung menenangkan; pada poin d) kebisingan atau suara, pada lingkungan yang terlalu bising bisa menghambat komunikasi, maka sebaliknya suasana yang tenang bisa membuat interaksi lebih fokus dan efektif; e) suhu pada satu lingkungan juga mempengaruhi, terlalu panas atau dingin dapat mengusik kenyamanan, produktivitas individu selama berlangsungnya interaksi.
Vocalics (juga disebut paralanguage) adalah studi tentang aspek nonverbal dalam komunikasi, suara yang mencakup cara pesan disampaikan melalui suara selain kata-kata. Itu termasuk elemen seperti nada suara, kecepatan bicara, volume, intonasi, dan bahkan jeda atau keheningan. Vocalics membantu memberikan konteks emosional juga makna pada kata-kata yang diucapkan, serta mempengaruhi bagaimana pesan diterima dan dipahami oleh para pendengar. Lazim dikenal elemen vocalics; a) pitch (Nada Suara), tinggi rendahnya suara. Nada suara yang lebih tinggi bisa menunjukkan kegembiraan, kemarahan, atau ketakutan, sedangkan nada yang lebih rendah sering dikaitkan dengan ketenangan atau keseriusan; b) volume, keras atau lembutnya suara. Bicara dengan volume tinggi bisa jadi dapat menunjukkan sikap marah atau juga antusiasme, sementara volume rendah itu bisa menandakan kerahasiaan atau ketenangan.
Kita juga kenal Rate (Kecepatan Bicara). Rate dapat masuk dalam kategori c) Rate yang cepat ataupun lambat saat seseorang berbicara, menunjukkan kegugupan atau sikap tergesa-gesa, sementara bicara lambat dapat memberikan kesan bahwa seseorang sedang berpikir atau berupaya untuk menekankan makna pada kata-kata; d) intonation (Intonasi), adalah variasi dalam nada saat seorang berbicara, yang bisa mengubah arti atau nuansa pesan. Intonasi yang naik di akhir kalimat, misalnya, sering menandakan pertanyaan; e) jeda keheningan, penggunaan jeda saat berbicara bisa memberikan waktu bagi pendengar untuk mencerna informasi atau menambahkan penekanan pada apa yang akan dikatakan selanjutnya. Keheningan juga bisa menyampaikan ketidaknyamanan atau refleksi.
BERSAMBUNG ke: bahasan 3
Makassar, September 2024