Lihat ke Halaman Asli

ZULI ERNITA SARI

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

Mahasiswa PPG Prajabatan Universita PGRI Semarang Memimpin Inovasi Budaya di Panti Asuhan Tahfidz Salsabil

Diperbarui: 26 Februari 2024   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Kelompok 3 Projek Kepemimpinan PPG Prajabatan 2023 Universitas PGRI Semarang/dok. pri

Gambar 2. Foto Bersama Panitia Panti Tahfidz Salsabil/dok. pri

Gambar 3. Foto Bersama Anak-anak Panti Asuhan Tahfidz Salsabil dengan Membawa Hasil Batiknya masing-masing/dok. pri

Gambar 4. Contoh Hasil Dari Batik Celup Ikat/dok. pri

Gelombang 1 tahun 2023 Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas PGRI Semarang tidak hanya berbicara tentang pendidikan di kelas, tetapi juga mengenai bagaimana mereka dapat membawa dampak positif ke masyarakat melalui inisiatif dan kepemimpinan. Pada hari Minggu, 25 Februari 2024, para mahasiswa PPG Prajabatan ini menunjukkan kepedulian dan kreativitas mereka melalui sebuah proyek yang mengangkat kekayaan budaya lokal: batik celup ikat.

Bekerjasama dengan Panti Asuhan Tahfidz Salsabil yang terletak di Jalan Progo II Mlatibaru, Semarang, para mahasiswa memimpin kegiatan yang melibatkan anak-anak panti sebagai peserta utama. Mayoritas anak-anak ini berusia antara 5 hingga 12 tahun, dan mereka menjadi bagian dari sebuah langkah besar dalam melestarikan budaya lokal.

Dalam kegiatan tersebut, anak-anak panti didorong untuk menghargai keindahan dan keberagaman budaya Indonesia, khususnya melalui seni batik celup ikat. Dengan menggunakan tote bag sebagai media, mereka belajar teknik batik celup ikat dari para mahasiswa PPG Prajabatan. Proses ini bukan hanya sekedar aktivitas kreatif, tetapi juga menjadi momen pembelajaran yang mendalam tentang sejarah dan nilai-nilai budaya.

Selain memberikan pengalaman berharga kepada anak-anak panti, proyek ini juga memiliki tujuan yang lebih besar: meningkatkan pemasukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di panti asuhan tersebut. Melalui penjualan tote bag batik celup ikat yang dihasilkan oleh anak-anak, diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang berkelanjutan bagi panti asuhan dan memberdayakan UMKM lokal.

Dalam sebuah era di mana modernisasi mengancam untuk mengaburkan warisan budaya, langkah-langkah seperti ini menjadi sangat penting. Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas PGRI Semarang tidak hanya menjadi agen perubahan, tetapi juga pelindung nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang.

Kegiatan ini bukan hanya sekedar projek, tetapi juga simbol dari semangat kepemimpinan yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif, berbudaya, dan berdaya. Melalui kolaborasi yang harmonis antara mahasiswa, anak-anak panti, dan masyarakat, batik celup ikat tidak hanya menjadi kain berwarna-warni, tetapi juga benang yang mengikat bersama komunitas dalam upaya melestarikan kekayaan budaya yang tak ternilai harganya.

Kegiatan spesial ini mengusung tema yang menggugah, yaitu memanfaatkan tote bag berhias batik celup ikat. Tidak sekadar menjadi permainan warna, melainkan juga simbol dari upaya melestarikan budaya lokal yang kaya akan sejarah: batik celup.

Dalam suasana yang penuh semangat dan keceriaan, anak-anak panti asuhan ini menyalurkan bakat dan keingintahuan mereka. Mereka mengikuti proses pembuatan batik celup ikat dengan penuh antusiasme, dipandu oleh para pengajar dan pendamping. Setiap goresan cat, setiap perendaman kain, membawa mereka lebih dekat dengan warisan budaya nenek moyang mereka.

Lebih dari sekadar membuat karya seni, kegiatan ini memiliki makna yang mendalam. Melalui tote bag yang mereka hiasi dengan motif batik celup ikat, mereka juga turut berperan dalam meningkatkan pemasukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di panti asuhan ini. Dengan mengenakan karya mereka, mereka menjadi duta kebanggaan bagi karya lokal yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Tidak hanya sekedar kegiatan biasa, proses ini membawa manfaat jauh lebih besar. Anak-anak belajar menghargai warisan budaya, meningkatkan keterampilan kreatif mereka, dan menyadari pentingnya kontribusi mereka dalam ekonomi lokal. Bagi mereka, batik celup ikat bukan hanya sekadar kain berwarna-warni, tetapi juga sebuah cerminan identitas dan kebanggaan akan warisan nenek moyang mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline