Lihat ke Halaman Asli

Zulia

Guru Bahasa indoensia

Bahagia dengan Berdrama

Diperbarui: 26 Maret 2023   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Indeks Kebahagiaan 

Sebuah kalimat yang di kutip dari kitab Al 'Athiyyatul Haniyyah, "Barang siapa membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta'ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan meminta ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain." "Allah sanantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya." (HR. Muslim, 2699)

Hal di atas dapat kita telaah bahwasaanya jika kita rela membahagiakan orang lain maka kita akan mendapatkan keuntungan yang berharga.  Sebab siapapun orang yang akan kita bahagiakan mereka adalah makhluk hidup yang akan akan selalu bergantung dengan makhluk hidup lainnya. Sekalipun orang tersebut tidak kita kenal, yang pasti balasan dari Tuhan penguasa langit dan bumi akan jauh lebih indah dari yang kita bayangkan.

Menurut Aristoteles dalam Slam (2002, hlm.41) manusia merupakan Zoom Politicon yaitu makhluk sosial artinya menusia senantiasa berinteraksi dengan orang lain, tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa berinteraksi dan bantuan dari orang lain. Ketika terlahir manjadi manusia, maka kita sudah terlahir menjadi makhluk paling sempurna, makhluk yang tidak hanya memiliki hati namun juga akal yang bisa digunakan dengan sebaik mungkin.

Di dunia jelas akan semakin banyak kita dicintai dan disayangi oleh makhluk hidup yang lain, maka satu kebaikan kita akan dicatat oleh malaikan. Pastinya akan ada balasan pula dari manusia di muka bumi ini untuk kita sebagai sesama manusia. Terlebih ketika kita membahagiakan orang terdekat seperti, anak, orang tua, juga saudara kandung. Jelas, drama kebahagiaan pun akan bernilai pahala jika dilakukan demi sebuah kebaikan untuk sesama. Misalnya saja seorang istri yang acap kali melakukan drama pura-pura bahagia demi menjaga hubungan baik dengan keluarga suaminya walaupun dirinya telah dihina di dalam keluarga. Hal tersebut merupakan sebuah pengorbanan seorang istri demi keselamatan keluarganya. Dalam kasus seperti ini merupakan kaidah dari al-tsawab bi qadri al-ta'ab (pahala sesuai dengan kadar kelelan/pengorbanan) dan hal itu dianggap ihsan 9ingin melakukan yang lebih baik) dan sebagai takwa nya kepada Allah. Terdapat dalam surat al-Nisa ayat empat yang mengakui Shulh ini baik tapi berat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline