Lihat ke Halaman Asli

Zul Hendri Nov

Belajar Menjadi Penulis

Puisi | Pamit

Diperbarui: 25 Mei 2020   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hay, tadi kita bercengkrama penuh haru di antara dua hati yang mungkin saling kecewa.

Sudah lama rasanya genangan air mata itu tak hinggap di pipi seiring rasa memiliki yang berlebihan.

Rasa memiliki berlebihan sehinga dengan pongahku merasa ia ada dalam genggamanku dan bisa berbuat sesuka hati.

Seiring cerita di antara dua air mata tadi, aku merasa tersadar kini engkau telah nyaman bersamanya.

Esok aku akan cerita, sembari berpamit kepada ibu dan ayah yang membesarkanmu dengan rasa bangga.

Ada kesalahanku yang menyebabkan bangunan itu rubuh. Kini yang tersisa hanya rasa yang tak bertuan.

aku pamit memperlihatkan punggung, sebab aku datang tampak muka.

_______

2 Syawal 1441 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline