Sore itu kami baru saja pulang dari Volendaam, kota wisata nelayan di Belanda. Kami menaiki kereta NS, salah satu transportasi umum di Belanda. Saat itu kami duduk di gerbong ekonomi yaitu gerbong kelas dua. Sambil melepas lelah, disepanjang perjalanan kami saling mengobrol, hingga tanpa kami sadari, seorang lelaki tua turut menyimak. Mendengar kami berbahasa Indonesia lelaki itu pun ikut nimbrung. “Saya pernah tinggal lama di Indonesia”, ujarnya. Kekaguman saya dimulai ketika ia mulai bertanya daerah asal kami masing-masing. Kami memang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Ada yang dari Jakarta, Bogor, Malang, Kalimantan, Jogja, dan saya sendiri dari Makassar. Kami kaget, sebab selain ia mengenal semua lokasi-lokasi tersebut, ia juga pernah beberapa kali membawakan kuliah umum di beberapa Universitas kami. Ketika kami bertanya, ia hanya mengatakan pernah bekerja di Kedutaan Belanda di Indonesia, namun sudah pensiun dan menikmati masa tuanya. Sama sekali kami tak menyangka, bahwa beliau adalah Nikolaos van Dam, mantan duta besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia masa jabatan 2005-2010. Kami tidak menyadarinya sebab selain pembawaan beliau yang sangat sederhana dengan mengenakan jaket berbahan polyester dan celana kain layaknya penampilan orang-orang tua di Belanda, beliau juga duduk di kelas ekonomi sama seperti kami. Kami tak menyangka bahwa mantan pejabat besar seperti beliau akan memilih transportasi umum untuk keperluan perjalanannya dibanding menggunakan transportasi pribadi. Saya berpendapat, selain karena sifatnya yang memang sederhana, kenyamanan transportasi kereta di Belanda turut menjadi faktor pendorong bagi beliau untuk menggunakan transportasi umum.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Menteri Perindustrian RI Mohamad S. Hidayat menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Belanda untuk RI HE Mr. Nikolaos Van Dam di Kementerian Perindustrian, 22 Februari 2010 (sumber: kemenperin.go.id)"][/caption]
Mewahnya Fasilitas Transportasi Kereta di Belanda
Di Belanda, setidaknya ada dua alat transportasi umum yang paling terkenal. Pertama tentu saja sepeda. Konon, sepeda jumlahnya lebih banyak dibanding penduduk Belanda. Seluruh kota di Belanda memiliki sepeda lengkap dengan fasilitas seperti jalur khusus, tombol penyeberangan, hingga parkir gratis yang bertebaran dimana-mana. Topografi lahan yang cukup datar memang sangat memungkinkan bagi Belanda untuk mengembangkan transportasi ramah lingkungan tersebut.
Namun umumnya sepeda hanya digunakan sebagai transportasi dalam kota. Sebab, meski luas belanda jauh kecil dibanding Indonesia, sepeda tidak cukup untuk menjangkau kota-kota besar. Oleh karena itu, pemerintah Belanda juga mengembangkan transportasi umum kereta yang disebut Nederlandse Spoorwegen (NS). Saat ini NS train mengoperasikan 4.800 kereta untuk melayani 1,1 juta penumpang tiap hari. Apa saja fasilitas kereta ini, hingga bahkan seorang mantan Dubes pun tidak enggan menggunakannya?
Ketepatan Waktu
Diantara segala kenyamanan, yang paling utama tentunya ketepatan waktu. Di beberapa kota di Indonesia, transportasi umum sering tidak menjadi pilihan karena susahnya memprediksi waktu tiba di tempat tujuan. Mahasiswa dan karyawan yang memiliki duit lebih akan mengupayakan memiliki kendaraan pribadi dibanding naik angkot misalnya. Di Belanda, bukan hanya jadwal keberangkatan, tetapi juga jadwal tiba dilokasi tujuan dapat diprediksi dengan tepat. Bahkan, melalui fasilitas journey planner di website NS train, kita juga dapat menelusuri jadwal terintegrasi kereta, bus, bahkan jalan kaki dalam satu kali perjalanan. Misalnya, saya yang tinggal di asrama Dijkgraaf di kota Wageningen, ketika ingin menuju sebuah lokasi tertentu di Amsterdam menggunakan bus dan kereta secara paralel, cukup memasukkan alamat kita dan alamat tujuan, serta waktu kepergian/kedatangan yang kita inginkan. Website akan menunjukkan jam berapa kita mesti meninggalkan rumah, berapa menit kita berjalan dari rumah ke stasiun bus, jam berapa bus datang serta tiba di stasiun kereta tujuan, dst, bahkan petunjuk detail di spoor (trek) mana kita mesti mengambil kereta berikutnya. Di stasiun kereta terdapat papan elektronik yang menunjukkan waktu kedatangan/keberangkatan dengan tepat, sehingga kita tidak perlu terburu-buru.
[caption id="attachment_355630" align="aligncenter" width="300" caption="NS train"]
[/caption]
[caption id="attachment_355631" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana dalam kereta NS"]
[/caption]
Pelayanan dan Kenyamanan Kereta
Fasilitas lain adalah mudahnya pembayaran transportasi. Pembayaran dapat dilakukan baik dengan membeli tiket secara online, counter tiket, dan mesin di stasiun, juga dapat menggunakan kartu transportasi bernama OV-chipkaart. Kartu ini sangat mudah digunakan, dan pengisian pulsanya juga dapat dilakukan online, counter, maupun mesin, sehingga penumpang tidak perlu antri berjubel hanya untuk mendapatkan tiket atau mengisi pulsa kartu. Selain itu, di beberapa stasiun terdapat ruang tunggu yang nyaman. Bahkan stasiun-stasiun kecil pun menyediakan kafe mini bagi pengunjung. Jika makanan dan minuman belum habis, sementara kereta yang dinanti telah tiba, kita dapat menyambung makan minum dikereta sebab pada beberapa gerbong terdapat meja lipat yang cukup praktis. Selain itu, bagi penumpang yang tidak suka dengan suara gaduh, dapat memilih duduk di ‘gerbong bisu’ (stilte trein) agar tidak terganggu kenyamanannya. Beberapa kereta di Belanda bertingkat dua untuk mengantisipasi kenaikan jumlah penumpang pada jam sibuk di pagi dan sore hari untuk menjamin semaksimal mungkin agar seluruh penumpang dapat tempat duduk yang nyaman.
[caption id="attachment_355632" align="aligncenter" width="300" caption="Bandara Schipol, terintegrasi dengan stasiun kereta NS"]
[/caption]
Dengan segala fasilitas yang tersedia, tidak heran jika NS train menjadi salah satu transportasi favorit pilihan masyarakat Belanda. Banyak warga Belanda yang meskipun berbeda tempat tinggal maupun tempat kerjanya, lebih memilih naik kereta dibanding kendaraan pribadi. Sebab, sistem transportasi NS train yang lux bisa meminimalisir rasa khawatir baik keterlambatan maupun kenyamanan penumpang. Bahkan, dengan begitu, berkereta api menjadi hal yang menyenangkan.
Menagih Janji Jokowi, Transportasi Layak sebagai Kompensasi Kenaikan BBM
Dalam kampanye pemilihan presiden lalu, Jokowi-JK berjanji akan melakukan efisiensi energi, dimana salah satunya adalah pengembangan transportasi umum berbahan bakar gas. Ini cukup memungkinkan mengingat Indonesia memiliki cadangan gas yang sangat besar yang bahkan dapat mencapai hingga 59 tahun. Transportasi berbahan gas sebenarnya bukan hal baru. Di Iran, negara yang cadangan minyaknya bahkan sekitar 40 kali lebih banyak dari Indonesia, juga telah mengembangkan transportasi ini untuk mengurangi ketergantungan masyarakatnya terhadap bensin. Meski minyak melimpah, mereka telah mencabut subsidi BBM dan mendorong masyarakatnya untuk menggunakan gas alam. Surplus minyak justru diekspor untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Di Indonesia, pembenahan sistem transportasi sudah dimulai, sebab sejak tanggal 18 November lalu, Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Alasannya adalah agar subsidi BBM dapat dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur, termasuk salah satunya yakni transportasi umum.
Namun ada satu hal penting yang mesti dipertimbangkan oleh Presiden Jokowi. Pembenahan transportasi bukan semata mengenai konversi bahan bakar transportasi dari BBM ke gas. Aspek yang tidak kalah penting adalah bagaimana menarik minat masyarakat agar ingin beralih dari transportasi pribadi ke transportasi umum. Oleh karena itu, pembenahan di pelayanan, utamanya keamanan dan kenyamanan, juga menjadi tugas penting kabinet Jokowi. Hal ini mesti diprioritaskan mengingat pelayanan transportasi masih sangat terbatas baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Di Jakarta misalnya, jumlah gerbong kereta maupun armada Transjakarta masih sangat minim dibandingkan jumlah pengguna yang semakin lama semakin bertambah, utamanya pada jam sibuk. Akibatnya, seringkali penumpang saling berdesakan sehingga rawan menimbulkan kejahatan seperti copet ataupun pelecehan seksual bagi penumpang wanita. Bahkan, di transportasi umum lain, penodongan masih kerap terjadi. Inilah yang membuat masyarakat merasa khawatir dan kerap merasa tidak nyaman menggunakan transportasi umum.
Pembenahan transportasi yang layak sebenarnya berefek ganda. Jika masyarakat beralih dari transportasi pribadi ke transportasi umum, maka penggunaan BBM akan jauh lebih berkurang. Mengingat sekitar 90% konsumsi BBM digunakan oleh transportasi dimana separuhnya adalah kendaraan pribadi, transportasi yang layak dapat yang menarik minat masyarakat untuk beralih ke transportasi umum dapat mengurangi alokasi BBM untuk kendaraan pribadi. Apalagi jika Presiden Jokowi dapat mengupayakan transportasi umum yang menggunakan gas, maka pemakaian akan dapat ditekan seminim mungkin. Selain itu, kemacetan akibat kendaraan pribadi pun dapat dikurangi. Kemacetan membuat waktu berkendaraan yang lebih lama dijalan sehingga konsumsi BBM menjadi lebih boros. Oleh karena itu, pembenahan transportasi mesti dilakukan.
Transportasi yang baik, bukan hanya dapat mengurangi konsumsi BBM, tetapi juga dapat memberikan kenyamanan berkendaraan bagi masyarakat umum bahkan untuk berbagai kelas. Saya yakin, jika transportasi umum telah dibenahi, jangankan masyarakat kecil, pejabat-pejabat publik sekalipun akan beralih menggunakannya dibanding kendaraan pribadi. Dengan begitu, mungkin suatu saat saya bisa bertemu mantan-mantan dubes Indonesia di Transjakarta. Asyik bukan. :)
Tulisan Lain..
Jabatan Menteri Kelautan dan Perikanan, Punya Siapa?
Demonstrasi Mahasiswa, Perlukah Dihilangkan?
Menapaki Sisa-sisa Berliner Mauer; 25 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin
Antara kupu-kupu di Reiman Gardens dan di Bantimurung
Nikmatnya Wisata Ramadhan di Kota Nabi Yusuf A.S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H