Lihat ke Halaman Asli

zulfikri sn

Untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan kesungguhan (Man Jadda Wajada)

Mengenal dan Mengenang Pak Habibie

Diperbarui: 2 Oktober 2019   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BJ Habibie mengucapkan sumpah saat menjadi Presiden RI ke-3 menggantikan Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998.

BJ Habibie mengucapkan sumpah saat menjadi Presiden RI ke-3 menggantikan Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998. (Sumber Foto : Antara)

Awalnya Saya menonton di suatu stasiun tv swasta nasional yang sedang menayangkan berita sore. Tiba-tiba salah seorang pembaca berita menyampaikan "Breaking News". Saya menduga breaking news tersebut berkaitan dengan kondisi kesehatan Pak Habibie. Mengingat beliau telah dirawat di RSPAD Gatot Soebroto sejak tanggal 1 September 2019. Bahkan beberapa hari sebelumnya di media sosial sempat beredar berita hoaks, bahwa Pak Habibie telah meninggal dunia.

Karena stasiun tv pertama yang ditonton mengalami gangguan, lalu Saya pindah ke chanel Kompas TV sedang menampilkan breaking news  juga. Tak lama berselang, putra kedua Presiden RI ke-3 BJ Habibie, Thareq Kemal Habibie menemui awak media, dan memberitahukan meninggalnya sang ayah, pada pukul 18.05 WIB, Rabu 11 September 2019. 

Saya terus mengikuti tayangan Kompas TV, menyimak perbincangan  antara Aiman Witjaksono, Host dan Produser Eksekutif Program AIMAN Kompas TV dengan J. Osdar, seorang Wartawan Senior harian Kompas. Pak Osdar ini bertugas meliput di Istana sejak Presiden Soeharto muda hingga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakhiri periode keduanya. Tulisan-tulisannya dimuat dalam rubrik Sisi Lain Istana  harian Kompas.

Disela perbincangan itu, Aiman terhubung via telepon dengan Mayjen (Purn) TB Hasanuddin, Ajudan Presiden BJ. Habibie (1998-1999) yang menuturkan berbagai pengalamannya bersama Pak Habibie. Termasuk cerita sisi humanis seorang Habibie, tentang secangkir kopi seduhan Ibu Ainun Habibie. Karena kedekatannya, TB. Hasanudin menganggap Habibie sebagai Atasan, sekaligus Bapak.

Mendengar cerita Pak Osdar dan Pak TB. Hasanudin memang menarik. Mengingat  selama ini, apa yang mereka ungkapkan belum banyak diketahui publik. Merupakan bagian kesaksian, dari orang-orang yang berada di lingkungan istana pada waktu itu. Meski perannya berbeda. Pak Osdar sebagai pewarta, dan Pak TB. Hasanudin sebagai ajudan.

Kebanyakan dari kita tidak mengenal langsung Pak Habibie, melainkan dari pemberitaan media, dan referensi lainnya.

Pak Habibie yang lama berkarier di Jerman, sekitar tahun 1974 dipanggil pulang ke tanah air oleh Presiden Soeharto. Awalnya diangkat menjadi penasihat pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Di tahun yang sama diangkat sebagai Menteri Riset dan Teknologi pada Kabinet Pembangunan III. Selanjutnya Menristek/Ketua BPPT Kabinet Pembangunan IV, dan Kabinet Pembangunan V, serta Menristek/Ketua BPPT/Kepala BPIS Kabinet Pembangunan VII.

Setelah selama beberapa periode dari 1978 hingga 1998 menjabat Menristek, 11 Maret 1998 Habibie menjadi Wakil Presiden mendampingi Soeharto dalam Kabinet Pembangunan VII.

Diantara 11 orang Wakil Presiden, mulai dari Wapres pertama Mohammad Hatta (18 Agustus 1945 - 01 Desember 1956), Hamengkubuwono IX (24 Maret 1973 - 23 Maret 1978), Adam Malik (23 Maret 1978 - 11 Maret 1983), Umar Wirahadikusumah (11 Maret 1983 - 11 Maret 1988 ), Soedharmono (11 Maret 1988 - 11 Maret 1993),  Try Sutrisno (11 Maret 1993 - 11 Maret 1998 ), Megawari Soekarnoputri (20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001), Hamzah Haz (23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004 ), Boediono (20 Oktober 2009 - 20 Oktober 2014), dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2004 - 20 Oktober 2009, dan 20 Oktober 2014 - sekarang), hanya Pak Habibie yang menjabat sangat singkat. Sekitar 2 bulan 10 hari  (11 Maret 1998 - 21 Mei 1998).

Begitu juga diantara 7 orang Presiden sejak berdirinya Republik ini, hanya Pak Habibie yang menjabat tidak sampai dua tahun,  yaitu berkisar 1 tahun 5 bulan (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999). Bukan soal lama, atau singkatnya mengemban tugas. Tapi, nilai pengabdiannya untuk negara dan bangsa ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline