Lihat ke Halaman Asli

Zulfika Satria Kusharsanto

Peneliti Kebijakan Riset dan Inovasi

Melihat Tiga Dunia di Kepulauan Komodo

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

137974648813536231

[caption id="attachment_280342" align="aligncenter" width="300" caption="Yeaaay! Saya sudah mengunjungi keajaiban dunia! :D"][/caption] Kesempatan yang tidak terkira sekitar setahun yang lalu saat saya berwisata ke Pulau Komodo dengan Rp0,-. Iya tidak salah baca kok hehe. Lah ko bisa? Sebenarnya waktu itu hadiah utama kompetisi yang saya ikuti adalah wisata ke Raja Ampat, tapi sayang saya tidak dapat. Sebagai hadiah hiburan (gila kan ya, ke Komodo aja hadiah hiburan hehe) alhamdulillah waktu itu saya memenangkan trip wisata ke Pulau Komodo selama 5 hari 4 malam. Komentar apa yang bisa terlontar dari wisata itu? Menawan, ajaib, indah, spektakuler, hmmm... apalagi ya... pokoknya benar-benar berkesan! Andai saya ada duit pun dan harus dihabiskan untuk wisata ke sana, saya bener-bener tidak menyesal. "Ngapain aja sih kalau wisata ke Pulau Komodo? Lihat komodo aja terus udahan ya?" Kalau teman-teman banyak yang bertanya seperti itu rasanya pemikiran kita sama. Waktu itu benar-benar tidak ada bayangan lain mau ngapain aja di sana. Ternyata banyak sekali yang bisa dilakukan. Mulai dari wisata kota, sejarah, budaya, sampai yang paling utama wisata alam. Wisatanya pun dibagi "3 dunia": 1 dunia manusia, dan 2 dunia alam liar. Dua dunia alam liar dibagi menjadi: di atas laut alias di daratan dan di atas kapal serta di bawah laut. Jadi lah ada 3 dunia di wisata ini hehehe... Pertama kali terbang ke Kepulauan Komodo, saya dan teman-teman saya mendarat di Labuan Bajo, Ibukota Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Boleh dibilang ini pusat fasilitas terlengkap di Kepulauan Komodo ya walaupun masih banyak kekurangan seperti belum ada rumah sakit dan jaringan jalan yang masih dibangun. Bahkan jangan bayangkan kalau kehidupan di NTT ini kuno dan tertinggal dari segi style. Ternyata mereka sudah sangat mempersiapkan sekali segala kebutuhan untuk wisata seperti hotel, pramuwisata, agen wisata, persewaan alat menyelam, bahkan ada cafe dan bar yang siap buat ajep-ajep terutama para turis asing. Di Labuan Bajo, kita bisa menikmati wisata sunset dengan pemandangan dermaga yang penuh kapal-kapal berlabuh. Cantik! [caption id="attachment_280297" align="aligncenter" width="300" caption="Sunset di Labuan Bajo"]

13797226881412079958

[/caption] Selama berwisata di Kepulauan Komodo, hampir 90% waktu saya habiskan dengan menginap di atas kapal karena memang sangat luas. Kalau mau mengunjungi semua objeknya tidak bisa dihabiskan hanya dengan sehari semalam. Pertama kali  saya berkunjung ke Pulau Kalong, kalau boleh saya bilang ini zona 1 dari surga ajaib Wisata Pulau Komodo. Langitnya berwarna merah muda akibat pendaran sinar matahari yang terbenam. Di tengah-tengah itu muncul sekawanan kelelawar yang keluar dari persembunyiannya untuk mencari makan. Biasanya mereka makan buah-buahan. Maka sudah jelaslah mengapa dinamakan Pulau Kalong. Inilah salah satu bentuk relaksasi untuk mata saya yang sangat berkesan di momen pertama saya berwisata bahari di Kepulauan Komodo.

[caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Ini kapal hotel saya dan teman-teman"][/caption] [caption id="attachment_280298" align="aligncenter" width="300" caption="Langit Seperti Ini Lihat di Mana lagi?"]

1379722900555741579

[/caption] Melihat komodo bisa dilakukan di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, 2 pulau besar di Kepulauan Komodo. Perbedaan di keduanya adalah kata tour guide kami kalau komodo di Pulau Rinca lebih kecil yang di Pulau Komodo. Ada banyak wanti-wanti yang dituturkan dari tour guide kami saat melihat komodo. Salah satunya dilarang melihat terlalu dekat dan menggoda komodo. Biar pun kelihatan lemas, saat komodo sudah tertarik dengan sesuatu dia akan berjalan dengan sangat cepat. Racunnya yang terkandung di lidahnya sampai sekarang masih diteliti. Setiap tour guide punya "tongkat ajaib" yang unik untuk menjinakkan komodo kalau macam-macam. Bentuknya panjang dengan ujungnya berbentuk huruf Y persis seperti tongkat untuk menangkap ular tapi lebih besar. [caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Tongkat Ajaib Para Tour Guide"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Komodo Besar di Pulau Komodo"][/caption] [caption id="attachment_280345" align="aligncenter" width="300" caption="Hanya tinggalkan memori saja, jangan sampah"]

13797468581006505908

[/caption] Melihat komodo bagi saya memang keajaiban, walaupun kita tidak bisa mengelus atau bermain cubit-cubitan dengannya. Ya karena spesies ini hanya punya habitat asli di sini saja. Saya dan teman-teman pun puas berfoto-foto dengan hewan yang populasinya sudah tergolong "aman" ini. Saat melihat komodo di kedua pulau tersebut, wisatawan harus melakukan tracking alias jalan menelusuri track yang ada. Di sini menurut saya yang asik di sisi selain melihat komodo karena kita bisa menikmati alam Indonesia. Walaupun capek harus naik turun bukit-lembah, saya jadi bisa melihat nuansa alam Kepulauan Komodo. Benar-benar spektakuler! Tanah nusa tenggara yang dipenuhi savana berpadu dengan pepohonan dan nuansa tepi laut. Kalau ada jerapah-jerapahnya mungkin banyak yang ngira saya di Afrika mungkin :P [caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Pemandangan Tepi Pulau Rinca"][/caption] Di Pulau Rinca, saya masuk ke dunia peradaban manusia di sana tepatnya di Kampung Rinca. Di sana kampungnya mau dibilang sederhana tidak, mau dibilang memprihatinkan ya tidak juga. Jangan salah, di sini saya melihat teknologi rain harvesting untuk warga mengumpulkan air bersih. Selain itu ada juga panel surya untuk sumber energi. Namun, memang ada hal yang masih memprihatinkan di antaranya kondisi SD di sana yang bangunannya boleh dibilang mau hancur. Tapi, alhamdulillah saat saya ke sana bangunan tersebut sudah dalam proses renovasi. Mata pencaharian penduduk di sana sudahlah bisa ditebak: nelayan. Banyak sekali di pinggir-pinggir jalan setapak dijejerkan penjemuran ikan-ikan. Di sana mereka juga menjual souvenir ukir-ukiran. Anak-anak di Kampung Rinca juga sangat ramah. Mereka senang sekali dengan kehadiran wisatawan sampai-sampai saat kami pulang mereka dadah-dadah di pinggir dermaga :') [caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Keramahan Anak-anak Kampung Rinca"][/caption] Dunia yang terakhir ini yang paling tidak bisa saya lupakan: Dunia Bawah Laut! Tidak ada kata lebay kalau saya bilang bawah laut Komodo sangat menakjubkan. Lautnya jernih, terumbu karangnya cantik-cantik, dan banyak macam ikan di dalamnya. Mata saya benar-benar sangat dimanjakan. Snorkeling sampai berjam-jam sampai membuat kulit saya hitam legam hahahaha maklum ini pengalaman saya pertama kali snorkeling. Selain terumbu karang, saya berkesempatan melihat ikan malta yang sangat besar. Bentuknya pipih berwarna hitam seperti ikan pari. Saking besarnya saya sampai merinding seperti akan diterkam pesawat alien. Tapi tenang, malta adalah ikan pemalu jadi kalau ada manusia justru dia yang akan menjauh. [caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Dunia Bawah Laut, Indah kan?"][/caption] [caption id="attachment_280301" align="aligncenter" width="300" caption="Ini di Kolam Renang atau di Laut Komodo ya?"]

13797239511663117544

[/caption] Di tengah-tengah snorkeling saya dan tim beristirahat dan main-main di pantai pink alias pink beach! Pasirnya benar-benar berwarna pink halus. Warna pinknya memang terlihat jelas dari serpihan terumbu karang yang berwarna merah. Dengan pemandangan laut biru dan ada kapal di atasnya, berfoto di pantai pink ini menjadi salah satu favorit saya. [caption id="attachment_280300" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Favorit di Pink Beach"]

1379723395690323686

[/caption] Wisata ke Kepulauan Komodo ini sangat tidak terlupakan. Melihat eksotisme nusa tenggara yang sangat cantik dan penduduknya yang ramah adalah suatu hal yang membuat liburan saya ini menjadi sangat homey. Apalagi fasilitas yang ditawarkan di atas kapal juga sekelas hotel. Ya tidak semewah hotel, tapi benar-benar "memanusiakan" sekali. Padahal kapalnya juga dari kayu, jadi ya tidak mewah-mewah banget tapi juga tidak murahan. Andai saya dibawa ke sana lagi, saya mau-mau saja! Lebih senang lagi kalau harus merogoh kocek Rp0,- alias gratis hehehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline