Demokrasi lucu
Menghitung sisa sisa demokrasi
Demokrasi yang selalu saja begini
Dalam pekatnya harapan
Tapi tanpa jasa yang berbalas
Wajah orang ku robek robek.
Nama orang ku himpit dan ku tendang
Ku punguti keping demi keping
Tapi tanpa terimakasih secuilpun.
Jika aku boleh berontak aku akan berlari menjauhi matahari
Tapi hanya harmonika dan teman kusam yang mampu menenangkanku
Lampu itu terlihat sendu mengiringi kobaran api di emperan sekolahan
Orang orang itu hangus bersama kemarahanku yang tak menentu
Kalau kau boleh percaya
Itu sungguh saat dimana hanoman yang menantikan
Trijata
Ataupun rahwana yang mengharap sinta
Pukul 23.55 ku awali langkah demi langkah
Memaafkan orang yang tlah terlupa oleh dunia dan tahta di keheningan surya..
Maksud baik mungkin tak akan berguna
Jika hanya seteguk terimakasihpun kau tiada
Pukul 23.55 aku tinggalkan kobaran yang mulai mereda di bawah tiang penyangga bulan yang menjadi saksiku bersama teman kusamku
karya Zulfikar Abdulah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H