Lihat ke Halaman Asli

Demokrasi Lucu

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Demokrasi lucu

Menghitung sisa sisa demokrasi
Demokrasi yang selalu saja begini
Dalam pekatnya harapan
Tapi tanpa jasa yang berbalas

Wajah orang ku robek robek.
Nama orang ku himpit dan ku tendang
Ku punguti keping demi keping
Tapi tanpa terimakasih secuilpun.

Jika aku boleh berontak aku akan berlari menjauhi matahari
Tapi hanya harmonika dan teman kusam yang mampu menenangkanku

Lampu itu terlihat sendu mengiringi kobaran api di emperan sekolahan
Orang orang itu hangus bersama kemarahanku yang tak menentu

Kalau kau boleh percaya
Itu sungguh saat dimana hanoman yang menantikan
Trijata
Ataupun rahwana yang mengharap sinta

Pukul 23.55 ku awali langkah demi langkah
Memaafkan orang yang tlah terlupa oleh dunia dan tahta di keheningan surya..

Maksud baik mungkin tak akan berguna
Jika hanya seteguk terimakasihpun kau tiada
Pukul 23.55 aku tinggalkan kobaran yang mulai mereda di bawah tiang penyangga bulan yang menjadi saksiku bersama teman kusamku

karya Zulfikar Abdulah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline