Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Ali Husen

Konstruktif, Inovatif dan Adaptif

Analisis Film "The Devil Wears Prada"

Diperbarui: 15 Februari 2021   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pada film "The Devil Wears Prada" memperlihatkan etos kerja, ambisi, kepemimpinan, dan pemecahan masalah. Bagaimana seorang perempuan yang berambisi ingin bekerja di perusahaan ternama agar bisa mendapatkan yang lebih setelah itu, lalu di dalam kantor pun seorang pemimpin menggunakan legalitasnya untuk kemauannya, dan ada pula pemecahan masalah terhadap seseorang yang sudah cerita kepada kawannya lalu diberi masukkan hingga akhirnya punya sikap untuk mengakhiri.

Andy yang sangat ambisi dan obsesi terhadap jurnalis mengawali kesempatannya pada majalah fashion ternama, tetapi ketika wawancara dengan pemimpin perusahaannya langsung ia ditempatkan pada posisi sekretaris kedua yang memang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. 

Lantas pada proses perjalanannya Andy dibuat aneh oleh Miranda dengan bekerja yang tidak sesuai dengan tugasnya. Andy lama kelamaan kehilangan waktu, teman dan keluarganya sehingga ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Padahal Andy mempunyai etos kerja yang baik tetapi dimanfaatkan oleh kepemimpinan otoriter Miranda.

Grooming dan Perilaku Tokoh

Untuk Andy sangat ambisius dan dibarengi oleh kemampuan dan etos kerjanya sehingga dapat meyakinkan orang di sekitarnya dengan pribadi yang ramah menjadi nilai plusnya.

Lalu Miranda mempunyai posisi penting sehingga memanfaatkan kepemimpinannya untuk keberlangsungan ia sendiri.

Pada Nigel yang mempunyai jiwa pertemanan yang baik sehingga memberikan saran dan harapan untuk tetap bisa bersemangat dalam bekerja, salah satu yang ada adalah problem solving ketika teman punya masalah.

Emily mempunyai pribadi yang patuh pada atas sehingga harus menampilkan orang lain di depan atasan.

Budaya Kerja

Pada budaya kerja di sini mempertontonkan iklim yang buruk karena pemimpin yang seharusnya menjadi contoh malah menjadi sosok yang haus akan rasa hormat, sehingga timbul sumbatan komunikasi yang menyebabkan iklim dan lingkungan kerja tidak baik sehingga budaya kerja pun seakan menjadi kebiasaan yang lumrah pada akhirnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline